
Tiap daerah memiliki tradisi yang berbeda dalam menjalankan ritual malam 1 Suro.
Ritual Malam 1 Suro dan Tradisi Pelaksanaannya
Di sebagian besar wilayah Jawa, sejumlah masyarakat masih memegang erat tradisi Kejawen. Setiap malam 1 Suro, mereka akan mengadakan ritual khusus yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyangnya.
Seperti disebutkan sebelumnya, setiap daerah memiliki tradisi dan ritual yang berbeda-beda. Berikut penjelasan singkatnya yang bisa dipahami:
1. Ngalap Berkah
Setiap malam 1 Suro, Gunung Kawi dipenuhi oleh pengunjung yang ingin ngalap berkah dari para leluhurnya.
Mereka memenuhi area pemakaman (pesarean) dan melaksanakan sejumlah prosesi khusus di malam tersebut.
Sambil beristirahat di penginapan dekat makam, pengunjung biasanya mengadakan upacara ritual. Dalam keheningan malam, mereka akan melantunkan doa dan menambatkan harapan pada Tuhan yang Maha Esa.
Di waktu bersamaan, banyak pedagang yang menggelar lapak untuk menjajakan bunga, kemenyan, lilin, hio (dupa), dan perlengkapan sesaji lainnya.
Sejak maghrib, area Gunung Kawi akan dipadati pengunjung dan warga setempat sampai dini hari.
2. Sedekah Gunung
Mengutip buku Internasionalisasi Bahasa Indonesia: Perspektif Lintas Negara susunan Mohammad Zain Musa, dkk., masyarakat yang tinggal di Lereng Gunung Merapi rutin mengadakan sedekah gunung tiap malam 1 Suro. Tujuannya untuk memohon keselamatan dari segala macam bala dan bencana.
Saat upacara digelar, masyarakat akan menyiapkan sesajen berupa kepala kerbau. Nantinya, sesajen tersebut akan dilarung dan diterjunkan ke kawah puncak Gunung Merapi.
Di akhir acara, tetua adat akan memimpin doa bersama untuk meminta pertolongan Tuhan. Momen ini dimanfaatkan untuk mensyukuri nikmat ya ng sudah dilimpahkan Tuhan Yang Maha Esa, baik berupa hasil panen maupun hasil bumi.