NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Gunung emas di Sumatera Barat belum ditemukan, begini petunjuk lokasi dari dosen Universitas Leiden, Belanda.
Di tengah gemuruh zaman, keberadaan Tambang Gunung Arum, yang terletak di Desa Salido Ketek, Nagari Tambang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, menjadi bukti nyata dari kekayaan sejarah Indonesia.
Tambang ini, yang juga dikenal dengan sebutan Tambang Salido, menjelma menjadi simbol kejayaan masa lalu yang terpatri dalam sejarah tambang emas di Nusantara.
BACA JUGA:Waspada, Informasinya Oli Diduga Palsu Banyak Beredar di Seluma
Perjalanan panjang Tambang Gunung Arum sebagai tambang emas tertua di Indonesia menandai rentetan cerita epik perjuangan dan ketekunan manusia dalam mengejar impian.
Terletak di pusat kehidupan masyarakat Desa Salido Ketek, tambang ini tidak hanya menjadi saksi bisu dari kekayaan alam yang melimpah, tetapi juga menawarkan cerita yang menggetarkan jiwa tentang perjalanan panjang manusia dalam menaklukkan alam demi memperoleh kekayaan.
Dengan keberadaannya yang legendaris, Tambang Gunung Arum memperkuat esensi sejarah Indonesia yang kaya akan ragam budaya dan kearifan lokal.
BACA JUGA:Jangan Asal Boikot! Begini Cara Cek Produk Israel atau Bukan Secara Online
Sebagai salah satu cagar budaya yang dilestarikan, tambang ini tidak hanya menjadi obyek wisata sejarah yang menarik, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi generasi masa kini untuk menggali lebih dalam akan kekayaan warisan nenek moyang dalam mengeksplorasi potensi alam.
Pada 1732 kegiatan tambang kembali dibuka, kali ini dipimpin ahli bernama Bollman. Eksplorasi di tambang itu ditingkatkan dengan membuat lubang galian baru sepanjang 300 meter.
Hasil tambang dilaporkan meningkat, rata-rata per ton batu tambang mengandung bijih emas senilai f 1.350.
BACA JUGA:Belum Terjamah Manusia, Bengkulu Memiliki Ladang Emas, di Sini Lokasinya
Berdasarkan studi R.J Verbeek, yang ditulis di 1880, tambang Salido Ketek menghasilkan 800 ton bijih emas antara 1669 hingga 1735, dengan nilai f 1.200.000 atau rata-rata f 1.500 per ton.
Tergiur dengan hasil penambangan, sebuah perusahaan dari Rotterdam, Girobank, ikut menambang di bawah pimpinan Kriekhaus.
Namun terus merugi. Kriekhaus mencoba tetap bertahan sambil mencari metode dan teknologi baru, untuk meningkatkan hasil tambang Salido Ketek.