NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Olimpiade Paris 2024, atlet basket berhijab dilarang bertanding: “hati saya benar-benar hancur”.
Bola basket adalah olahraga kegemaran atlet dengan kostum bernomor punggung 23 ini.
Perempuan berusia 23 tahun ini baru saja kembali ke kota asalnya setelah hampir enam tahun di Amerika Serikat, di mana dia berkuliah dengan beasiswa penuh dari Idaho State University dan memiliki karier basket yang cemerlang sebagai point guard.
BACA JUGA:5 Jenis Olahraga Mahal di Indonesia, Nomor 1 Dijuluki 'Old Money'
Setelah itu, dia pindah ke UC Irvine dan membantu tim tersebut masuk ke turnamen bola basket mahasiswa di AS, NCAA, untuk pertama kalinya sejak tahun 1995.
Konate muncul sebagai bintang yang sedang naik daun bersama tim nasional muda Prancis, yang pernah memenangkan medali perak dalam basket 3x3 di Olimpiade Remaja Buenos Aires 2018.
Namun, harapannya untuk kembali bersinar di Olimpiade Paris 2024 kini kandas karena larangan hijab yang diterapkan oleh Federasi Bola Basket Prancis (FFBB).
Pada tahun 2022, FFBB secara tegas melarang atribut apa pun yang "berkonotasi religius atau politis". Konate, yang baru saja pulang untuk bermain di turnamen 3x3 pada liburan musim panas tahun lalu, baru mengetahui bahwa dia dilarang masuk ke lapangan karena mengenakan hijab.
"Saya tidak percaya," kata Konate. "Awalnya, saya mengira itu hanya lelucon. Bagaimana bisa itu terjadi pada saya? Rasanya seperti, ini saya, teman-teman. Kita biasa bermain bersama, saya adalah bagian dari kalian. Saya masih orang yang sama, tidak ada yang berubah." Dengan hati yang hancur, Konate menghadapi kenyataan pahit ini.
BACA JUGA:Viral Video CCTV Diduga Teller Bank Dihipnotis Emak-emak, Tukar Uang Rp 600 Ribu Jadi Rp 6 Juta
Konate memutuskan untuk mengenakan hijab saat berada di AS pada puncak pandemi.
"Selama tiga tahun terakhir, hijab menjadi bagian dari diri saya," tuturnya.
"Saya mengalami masa-masa sulit dan membutuhkan harapan. Saya merefleksikan diri saya dan identitas saya ketika semuanya terasa tidak pasti dan saya merasa kesepian. Saya terlahir sebagai seorang Muslim, jadi saya ingin belajar lebih banyak tentang agama saya dan akhirnya saya menemukan jawaban atas semua pertanyaan saya."
Namun, keputusan FFBB melarang hijab membuat Konate merasa dihina dan diabaikan oleh negaranya sendiri.
"Sangat munafik bagi Prancis menyatakan diri sebagai negara kebebasan, negara hak asasi manusia, tetapi pada saat yang sama, mereka tidak mengizinkan Muslim atau warganya untuk menunjukkan jati diri mereka," kata Konate.