Namun, pegiat HAM mengkritik cara-cara penafsiran konsep laïcité di Prancis saat ini. Ba, yang memiliki spesialisasi dalam bidang HAM dan hukum kemanusiaan, mengatakan bahwa laïcité "sangat disalahpahami" dan "tidak berlaku di atas HAM".
"Konsep ini telah menjadi alat untuk menghapus semua perbedaan, khususnya identitas Muslim, dan lebih spesifik lagi perempuan yang mengenakan jilbab," kata Ba.
"Ketika sebuah aturan menargetkan kelompok minoritas dan menciptakan diskriminasi serta melanggar hak-hak orang, maka hal itu harus menjadi perhatian semua orang. Jika hari ini targetnya adalah kami, besok bisa saja Anda." imbuhnya.
BACA JUGA:Bengkel Buka 24 Jam di Riau! Solusi Mengatasi Kendaraan Mogok Dimanapun dan Kapanpun
Perjuangan Atlet Muslim untuk Keadilan
Diaba Konate masih menimbang-nimbang apakah dia akan meneruskan karir basketnya. Namun dalam pertandingan-pertandingan Olimpiade, dia tidak akan pernah bisa menebak apa yang akan terjadi.
"Saya berusaha menerima apa yang terjadi," kata dia.
"Saya benar-benar merasa memiliki karir yang luar biasa, terutama dengan bermain bersama tim nasional Prancis. Saya pikir itu adalah impian setiap atlet, untuk mewakili negara mereka. Pertandingan-pertandingan ini semestinya menjadi puncak karir saya."
Konate juga bergabung dengan 'Basket Pour Toutes' untuk mengadvokasi atlet berhijab secara terbuka. Namun perjuangan itu dia jalani dengan perasaan campur aduk.
"Bagi saya, ini konyol. Semestinya saya tidak perlu melakukan ini," tutur Konate.
"Sangat memilukan bagi saya harus memperjuangkan hal ini. Saya akan terus melakukannya, tapi rasanya menyedihkan karena ada isu lain yang lebih penting yang seharusnya menjadi perhatian kita ketimbang perempuan Muslim yang mengenakan hijab di lapangan."
Langkah Pemerintah Prancis yang melarang atlet muslimah mereka mengenakan hijab saat bertanding di Olimpiade Paris 2024 memunculkan kontroversi, bahkan kecaman dari berbagai pihak.
BACA JUGA:Bengkel Buka 24 Jam di Riau! Solusi Mengatasi Kendaraan Mogok Dimanapun dan Kapanpun
Menurut anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Daerah Pemilihan (Dapil) DKI Jakarta Fahira Idris, hal tersebut sama sekali tidak dapat dibenarkan, walaupun larangan mengenakan hijab saat bertanding hanya berlaku untuk atlet Prancis.
"Kebijakan otoritas olahraga Prancis untuk atlet muslimahnya sangat mencederai semangat Olimpiade. Bukan hanya diskriminatif, pelarangan itu juga melanggar hak asasi manusia," katanya dalam rilis yang diterima Kompas.com.
Fahira mengatakan, negara-negara peserta olimpiade seharusnya mendesak Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk mencabut larangan berhijab bagi atlet muslim tuan rumah (Prancis) saat berlaga di Olimpiade Paris 2024.