Puncak Kenaikan Harga Kopi Diprediksi Bulan Berikut, Dampak Produksi Kopi Vietnam Anjlok

Selasa 30-07-2024,12:13 WIB
Reporter : Nutri Septiana
Editor : Purnama Sakti

Adapun, pengiriman dalam sembilan bulan pertama musim yang berakhir September turun 11,3% secara tahunan. Dalam 3 bulan terakhir, ekspor diperkirakan berada di kisaran 150.000 ton menurut survei.

BACA JUGA:Cara Memulai Usaha Laundry dari Nol, Segini Modal yang Diperlukan

Dengan demikian, jumlah itu akan kurang dari separuh ekspor Vietnam selama periode lima tahun terakhir.

Untuk diketahui, pergerakan harga kopi diprediksi masih akan terus mengalami kenaikan hingga pertengahan 2025.

Ramalan kenaikan harga kopi itu sejalan dengan kelangkaan pasokan dari para produsen utama. Pelanggan di Eropa akan membayar lebih banyak lagi untuk kafein yang mereka konsumsi sejalan dengan berlakunya peraturan baru mengenai deforestasi.

“Perkiraan akan kembali terjadinya kekurangan produksi di Vietnam, yang merupakan produsen utama kopi robusta di dunia, memicu lonjakan harga berbagai jenis biji kopi yang digunakan dalam campuran kopi dan espresso,” ujar Ketua Luigi Lavazza SpA Giuseppe Lavazza dilansir dari Bloomberg.

Lavazza mengungkapkan kondisi panen yang buruk menyebabkan para roaster harus membayar US$1.000 di atas harga berjangka untuk biji kopi Vietnam. Kondisi itu belum pernah terjadi dalam sejarah industri kopi.

BACA JUGA:Ini Alasan Kenapa Sepak Bola Olimpiade hanya untuk Pemain U-23, Simak Sejarahnya!

“Dan yang sangat istimewa adalah efek jangka panjangnya,” jelasnya.

Harga Kopi Robusta dan Arabika di Pasar Global Melonjak

Harga kopi dunia yang diperdagangkan di pasar global selama bulan April mengalami lonjakan tajam, sebagai contoh kopi Robusta di London yang nilai naik, tertinggi sejak tahun 2010.

Mengutip data Bloomberg, selama sebulan terakhir harga kopi Robusta yang digunakan sebagai bahan utama kopi instan melonjak sebanyak 7 persen. Hal serupa juga terjadi pada penjualan kopi jenis Arabika yang harganya ikut terkerek naik sekitar 6 persen.

Lonjakan ini mulai terjadi setelah Vietnam, yang merupakan produsen utama kopi instan dilanda cuaca ekstrem.

El Nino yang terus terjadi dalam jangka waktu lama telah membuat curah hujan di kawasan Asia terutama di Vietnam menurun di bawah rata-rata, hingga memicu kekeringan. Kondisi tersebut yang menyebabkan hasil panen biji kopi anjlok di tengah tingginya permintaan untuk biji Robusta.

BACA JUGA:Kabar Baik, Harga Sawit di Jambi Terus Meningkat, Ini Ketetapan Harganya hingga 1 Agustus 2024

“Perubahan iklim telah membuat pasokan kopi kurang dapat diandalkan, menciptakan dinamika yang tidak stabil dalam persediaan biji kopi dan harga dasar yang lebih tinggi,” jelas Andrea Illy, ketua perusahaan pemanggang kopi Italia Illycaffe SpA.

Kategori :