Fakta Mengenai Virus Oropouche di Brasil, Mirip DBD Tapi Lebih Ganas, Lebih 7.000 Orang Terinfeksi

Rabu 31-07-2024,08:55 WIB
Reporter : novan alqadri
Editor : ahmad afandi

Hingga saat ini, tidak ada bukti penularan OROV dari manusia ke manusia.

BACA JUGA:Bukan Peluru dan Roket, Israel Diserang Virus Mematikan dan Belum Temukan Obatnya, Bagaimana Penularannya?

2. Gejala penyakit akibat virus Oropouche

Gejala umum infeksi OROV meliputi demam mendadak, sakit kepala parah, menggigil, nyeri otot, dan nyeri sendi.

Gejala lain bisa berupa kepekaan terhadap cahaya, pusing, nyeri di belakang mata, mual, muntah, dan ruam.

Gejala biasanya berlangsung kurang dari seminggu (2–7 hari) dan sering kali muncul kembali beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu kemudian. Kebanyakan orang pulih dalam beberapa hari hingga satu bulan.

Beberapa orang (kurang dari 1 dari 20) akan mengembangkan penyakit yang lebih serius, termasuk meningitis (radang selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang), ensefalitis (radang otak), atau pendarahan.

Kematian akibat infeksi OROV jarang terjadi.

Gejala akibat OROV mungkin mirip dengan gejala demam berdarah, chikungunya, Zika, atau malaria.

BACA JUGA:100 Orang Terinfeksi, Ini Pengobatan dan Pencegahan Virus West Nile

3. Pengobatan

Tidak ada obat untuk mengobati penyakit akibat OROV.

Gejalanya dapat diatasi dengan istirahat, minum cairan untuk mencegah dehidrasi, dan mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas seperti asetaminofen untuk menurunkan demam dan nyeri.

Perawatan medis tambahan atau rawat inap mungkin diperlukan untuk mengatasi gejala yang lebih parah.

Jangan mengonsumsi aspirin atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) lainnya sampai hasil lab keluar dan mengesampingkan kemungkinan demam berdarah untuk mencegah risiko pendarahan.

BACA JUGA:100 Orang Terinfeksi, Ini Pengobatan dan Pencegahan Virus West Nile

Kategori :