Agus juga menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar dengan menyebutkan bahwa ada apotek dan penginapan di sekitar toko miras tersebut, yang tentunya merasa tidak nyaman dengan keberadaan para pemabuk.
Menurutnya, warga sekitar berhak untuk hidup dengan aman dan nyaman tanpa harus khawatir akan gangguan dari orang-orang yang mabuk di sekitar mereka.
BACA JUGA:Perkuat Nilai Pancasila, BPIP Gandeng Pemkab Klaten dan Universitas Diponegoro
Kekecewaan Terhadap Kurangnya Perhatian dari Pihak Berwenang
Selain melakukan protes, Agus juga menyampaikan rasa kecewanya terhadap kurangnya perhatian dari pihak-pihak yang seharusnya berwenang mengatasi masalah ini.
Ia menyebutkan bahwa hingga saat ini, baik dari gereja, aparat keamanan, maupun pihak distrik, belum ada tindakan yang signifikan untuk menanggulangi masalah ini.
"Saya juga prihatin sebab seperti tak ada perhatian dari gereja, aparat maupun dari distrik," ungkapnya.
Agus menambahkan bahwa ia sudah beberapa kali memperingatkan pemilik toko miras tersebut, namun tampaknya peringatan itu tidak diindahkan.
BACA JUGA:Siap-siap yang Suka Nunggak Pajak Kendaraan, Kini akan Dikejar Sampai Rumah
Hal ini semakin mendorong Agus untuk terus melakukan aksi protesnya hingga ada perubahan yang nyata.
Melalui aksinya, Agus berharap ada perhatian lebih dari pihak berwenang, baik dari pemerintah, aparat keamanan, maupun tokoh agama, untuk bersama-sama mencari solusi terbaik dalam mengatasi masalah ini.
Ia juga berharap agar pemilik toko miras tersebut dapat memahami dan menghargai keberatan dari masyarakat sekitar, serta mengambil langkah yang tepat untuk mengurangi dampak negatif dari usahanya.
Agus juga ingin mengingatkan semua pihak bahwa wilayah adat adalah tempat yang harus dijaga dan dihormati oleh semua orang.
Keberadaan toko miras yang memicu keributan dan ketidaknyamanan tidak hanya merusak ketertiban, tetapi juga mencederai nilai-nilai adat dan budaya yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.
Aksi protes dengan menyalakan api di depan toko miras oleh Agus Irianto Kambu adalah bentuk nyata dari ketidakpuasan masyarakat terhadap dampak negatif dari keberadaan toko tersebut.
Sheila Silvina