Ancaman Megathrust di DKI Jakarta, Sudah Diamati Ahli Sejak 20 Tahun Lalu, Kekuatannya Bisa 8,7 SR

Kamis 15-08-2024,21:26 WIB
Reporter : Putri Nurhidayati
Editor : Purnama Sakti

Megathrust Selat Sunda punya panjang 280 km, lebar 200 km, dan pergeseran (slip rate) 4 cm per tahun, dan tercatat pernah 'pecah' pada 1699 dan 1780 dengan Magnitudo 8,5.

"Jika terjadi, Megathrust Selat Sunda itu berpotensi gempa dengan 8,7 SR, setara dengan 9.0 Magnitude Moment atau MW. Itu setara dengan gempa di Aceh (Desember 2004), sehingga akan menimbulkan tsunami," lanjut Subardjo.

BACA JUGA:Harga Sama, Ini Beda Spesifikasi POCO F4 GT Vs POCO F4, Siapa Paling Gahar?

"Tapi yang menjadi kekhawatiran bagi kita adalah bukan tsunaminya, tapi getarannya atau goncangannya, mengingat jarak antara Megathrust Selat Sunda dengan Jakarta itu sekitar 200-250 km, di bawah tanah Jakarta itu adalah tanah endapan atau aluvial yang bisa menimbulkan amplifikasi atau pun besaran-besaran amplitudo," ujarnya.

Sri Widiyantoro, ahli Seismolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB), juga mengkhawatirkan gempa akibat 'pecahnya' Megathrust Jawa Tengah bagian barat dan berdampak ke Jakarta.

"Jaraknya ke Jakarta memang tidak terlalu dekat, tapi tidak jauh juga jarak 200-300 km itu termasuk dekat, karena gempa Tohoko tahun 2011, itu Tokyo yang jaraknya 400 km dari pusat gempa mengalami goncangan yang sangat kuat," papar Widiyantoro dalam acara yang sama.

Sementara Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan prediksi dari para ahli itu sekadar peringatan agar semua pihak tetap mewaspadai potensi gempa besar. Menurutnya temuan para ahli itu bukan untuk menakut-nakuti warga.

Menurut dia persoalannya dari hasil studi tersebut adalah tidak ada kepastian kapan gempa besar imbas megathrust itu akan terjadi. 

BACA JUGA:Punya Harga Selangit, Ini 5 Jenis Moge yang Bagus untuk Investasi, Harganya Tembus Rp 1.077 Miliar

Sebab, sampai saat ini, belum ada satupun pihak yang dapat memprediksi kapan gempa bakal terjadi.

"Persoalannya adalah, kepastian kapan gempa itu terjadi, kemudian berapa kekuatannya, apakah 8,7 atau apakah hanya 6 magnitudo, belum mencapai 8,7. Yang kita masih bisa memastikan, yang pasti adalah akan terjadi, tapi kapan, berapa kekuatannya, apa impact-nya, itu kita masih belum bisa memastikan," jelas Dwikorita.

Menurutnya, hal ini bisa menjadi pijakan bagi pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk mengambil langkah mitigasi yang tepat terkait potensi gempa besar ini.

"Kami mohon, dari BPBD atau Pemprov DKI, mumpung belum terlanjur, dapat segera menetapkan kebijakan-kebijakan untuk mitigasinya. Mulai dari mengaudit gedung-gedung yang ada di DKI ini, banyak gedung tinggi, tapi apakah konstruksinya sudah benar-benar bangunan yang di daerah rentan gempa," kata Dwikorita.

BMKG belakangan juga mengingatkan potensi gempa dari dua megathrust yang sudah lama tak melepaskan energi besarnya, yakni Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.

"Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata 'tinggal menunggu waktu' karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar," kata Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG.

BACA JUGA:Duel Sengit POCO M5s Vs POCO C40, Mana yang Lebih Unggul? Ini Rincian Harga Terbarunya!

Kategori :