Ancaman Megathrust di DKI Jakarta, Sudah Diamati Ahli Sejak 20 Tahun Lalu, Kekuatannya Bisa 8,7 SR

Kamis 15-08-2024,21:26 WIB
Reporter : Putri Nurhidayati
Editor : Purnama Sakti

Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017, kedua segmen megathrust itu terakhir kali gempa lebih dari dua abad silam.

Penjelasan Pusat Gempa Bumi

Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menindaklanjuti terkait informasi mengenai potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.

Dikatakan Daryono, informasi tersebut bukanlah hal baru, sudah lama, bahkan sudah ada sejak sebelum terjadi Gempa dan Tsunami Aceh 2004. 

Munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona megathrust sekarang bukanlah bentuk peringatan dini (warning) yang seolah-olah dalam waktu dekat akan segera terjadi gempa besar. Tidak demikian.

"Kita hanya mengingatkan kembali keberadaan Zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebagai sebuah potensi yang diduga oleh para ahli sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun. Seismic gap ini memang harus kita waspadai karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono lewat rilis.

BACA JUGA:Harga Terbaru POCO F4 GT Pasca Turun Harga, HP Gaming Terbaik dengan Snapdragon 8 Gen 1

Daryono juga mengatakan, munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, sebenarnya tidak ada kaitannya secara langsung dengan peristiwa gempa kuat M7,1 yang berpusat di Tunjaman Nankai dan mengguncang Prefektur Miyazaki Jepang. 

Faktanya, gempa yang memicu tsunami kecil pada 8 Agustus 2024 beberapa hari lalu mampu menciptakan kekhawatiran bagi para ilmuwan, pejabat negara dan publik di Jepang akan potensi terjadinya gempa dahsyat di Megathrust Nankai. 

Peristiwa semacam ini menjadi merupakan momen yang tepat untuk mengingatkan masyarakat Indonesia akan potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.

Sejarah mencatat, gempa besar terakhir di Tunjaman Nankai terjadi pada 1946 (usia seismic gap 78 tahun). 

BACA JUGA:POCO F4 Dilengkapi dengan Fast Charging Turbo 67Watt, Segini Harga Terbarunya!

Sedangkan gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada 1757 (usia seismic gap 267 tahun) dan gempa besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada 1797 (usia seismic gap 227 tahun). 

Artinya kedua seismic gap periodisitasnya jauh lebih lama jika dibandingkan dengan seismic gap Nankai, sehingga Indonesia harus lebih serius dalam menyiapkan upaya-upaya mitigasinya.

"Terkait rilis gempa di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, “tinggal menunggu waktu” yang kami sampaikan sebelumnya, hal ini dikarenakan kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar, tetapi bukan berarti segera akan terjadi gempa dalam waktu dekat. Dikatakan “tinggal menunggu waktu” disebabkan karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah rilis gempa besar semua, sementara Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga saat ini belum terjadi," ujar Daryono.

BACA JUGA:OPPO Reno11 F 5G Harga Terbaru, Tersedia 3 Varian Warna

Kategori :