BACA JUGA:Honda CBR400R Four, Siap Ramaikan Motor Sport Mesin Empat Silinder
2. Suriname
Suriname, negara kecil yang terletak di Amerika Selatan, menjadi salah satu negara dengan konsentrasi terbesar komunitas Jawa di luar Indonesia.
Migrasi orang-orang Jawa ke Suriname dimulai pada akhir abad ke-19 dan berlanjut hingga awal abad ke-20, antara tahun 1890 hingga 1939.
Selama periode ini, ribuan buruh migran dari Pulau Jawa dikirim ke Suriname oleh pemerintah kolonial Belanda untuk bekerja di sektor pertanian, khususnya di perkebunan tebu.
Bahasa Jawa yang digunakan oleh komunitas ini telah mengalami perubahan signifikan akibat kontak dengan bahasa Belanda dan bahasa Sranantongo, bahasa utama yang digunakan di Suriname.
Meski demikian, bahasa Jawa tetap menjadi bagian penting dari identitas budaya komunitas Jawa di Suriname. Mereka aktif dalam melestarikan tradisi Jawa, termasuk tarian, musik gamelan, dan upacara adat, yang menunjukkan kekuatan dan ketahanan budaya mereka.
3. Kaledonia Baru
Kaledonia Baru, sebuah wilayah seberang laut Prancis di Samudra Pasifik, juga memiliki komunitas yang menggunakan bahasa Jawa.
Migrasi orang Jawa ke Kaledonia Baru dimulai pada 16 Februari 1896, ketika pemerintah Prancis meminta Belanda untuk mengirim buruh migran Jawa.
Para imigran ini dibawa untuk bekerja di sektor pertanian, peternakan, dan pertambangan. Sejak saat itu, bahasa Jawa menjadi salah satu bahasa yang digunakan di Kaledonia Baru.
Saat ini, sekitar 4000 warga keturunan Jawa masih tinggal di sana, dan meskipun sebagian dari mereka beralih ke bahasa Prancis sebagai bahasa utama, ada sebagian yang masih mempertahankan penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari.
Organisasi Perhimpunan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya (PMIK) di Kaledonia Baru berperan penting dalam mempromosikan dan melestarikan budaya Jawa, termasuk bahasa, seni, dan tradisi.
BACA JUGA:Modus Bisnis dan Ditawari Lahan Parkir Depan Mega Mall, Warga Bentiring Tekor Rp25 Juta
4. Singapura