Tidak hanya dipicu oleh kesenjangan ekonomi yang melebar, tetapi juga oleh kekacauan politik dan perubahan iklim yang menambah beban mental. Akibatnya, banyak yang mencari kebahagiaan sementara melalui pembelian barang.
BACA JUGA:Buntut Pemecatan Tia Rahmania, Ini Daftar Nama yang Diseret ke Pengadilan!
Bahaya Doom Spending bagi Gen Z dan Milenial
Menurut Ylva Baeckstrom, seorang dosen senior keuangan di King’s Business School, praktik doom spending ini tidak sehat dan dapat berakibat fatal.
Dia menekankan bahwa generasi muda saat ini terus-menerus terpapar berita buruk yang membuat mereka merasa seolah-olah kiamat sudah dekat.
“Kaum muda ini kemudian menerjemahkan perasaan buruk itu ke dalam kebiasaan belanja yang buruk,” ujarnya. Hal ini menyoroti betapa pentingnya memahami dampak psikologis dari krisis yang mereka hadapi.
BACA JUGA:Warga Histeris, Rumah 2 Lantai Tiba-tiba Ambruk saat Diguyur Hujan Deras, Begini Kondisi Penghuni
Faktor Penyebab Doom Spending
Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perilaku doom spending di kalangan Gen Z:
1. Ketidakpastian Ekonomi
Gen Z tumbuh di era ketidakpastian, mulai dari dampak resesi global 2008 hingga krisis yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19. Ketidakpastian ini menciptakan pesimisme yang mendalam tentang masa depan keuangan mereka.
2. Tingginya Biaya Hidup
Inflasi yang terus meningkat dan biaya perumahan yang melambung membuat banyak Gen Z merasa bahwa tujuan keuangan seperti membeli rumah menjadi tidak terjangkau. Hal ini mengarah pada mentalitas “mengapa repot-repot menabung?”
BACA JUGA:Fenomena Doom Spending! Belanja Bukan Lagi karena Kebutuhan tapi Obat Stres
3. Beban Utang Pendidikan
Banyak dari mereka memasuki dunia kerja dengan beban utang pendidikan yang besar, yang mengakibatkan rasa kewalahan dan ketidakpastian mengenai stabilitas finansial.
4. Budaya Konsumerisme dan Media Sosial
Media sosial memainkan peran besar dalam mendorong budaya konsumtif. Banyak influencer menampilkan gaya hidup mewah yang tidak dapat dijangkau, menimbulkan tekanan bagi individu untuk membelanjakan lebih banyak demi pengakuan sosial.
BACA JUGA:Fenomena Doom Spending! Belanja Bukan Lagi karena Kebutuhan tapi Obat Stres
5. Kurangnya Pendidikan Keuangam
Seringkali, mereka merasa tidak dipersiapkan untuk mengelola keuangan dengan bijaksana. Kurangnya pemahaman tentang prinsip-prinsip keuangan dasar dapat mengarah pada keputusan pengeluaran yang merugikan.
6. Mentalitas "Hidup di Masa Sekarang"
Dalam menghadapi ketidakpastian global, banyak yang mengadopsi filosofi “hidup untuk hari ini,” yang semakin memperkuat perilaku belanja yang tidak bertanggung jawab.
BACA JUGA:Ternyata, Ini 3 Daftar Kota dengan Konsumsi Anjing Tertinggi di Indonesia, Ada Wilayahmu?