NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM - Siswa kelas 3 SD diduga korban bullying kakak kelas, kini alami koma dan dirawat di ICU.
Seorang siswa kelas 3 SD berinisial AR (9) di Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat, kini koma dan masih menjalani perawatan intensif di ruang ICU RSUD Ciereng Subang.
BACA JUGA:Viral Tukang Bakso Diusir Karena Beda Pilihan di Pilkada, Ini Faktanya
Peristiwa tragis ini terjadi setelah AR diduga menjadi korban bullying yang dilakukan oleh tiga kakak kelasnya. Kasus ini telah mengejutkan banyak pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.
Kronologi Kejadian: Pemalakan Berujung Kekerasan
Menurut keterangan keluarga, AR sempat mengeluh sakit kepala hebat disertai muntah-muntah sebelum akhirnya tak sadarkan diri.
Bocah malang ini mengaku bahwa ia dipukul oleh tiga kakak kelasnya, masing-masing berinisial M, D, dan O, yang merupakan siswa kelas 4 dan 5 di SDN Jayamukti.
Salah satu anggota keluarga AR, Sarti mengungkapkan bahwa peristiwa itu terjadi saat jam istirahat di sekolah. Ketiga kakak kelas tersebut diduga memalak AR dan meminta uang. Namun, karena AR menolak memberikan uang yang diminta, ia menjadi korban kekerasan.
“Kejadiannya pas jam istirahat sekolah. AR dipalak oleh kakak kelasnya, tapi dia menolak. Akhirnya, AR dipukuli oleh mereka,” terang Sarti.
BACA JUGA:Tidak Diizinkan Mendampingi, Kuasa Hukum Romer: Apa Salah Klien Kami?
Kondisi Kritis dan Tuntutan Keluarga
AR kini dirawat intensif di ICU RSUD Ciereng Subang dalam kondisi koma. Pihak keluarga sangat terpukul dengan kejadian ini dan meminta agar kasus ini diusut tuntas oleh pihak berwajib.
“Saya minta kasus ini diusut tuntas karena menyangkut nyawa. Korban juga mengaku sering dipukuli, baik di sekolah maupun saat mengaji,” ungkap salah satu keluarga korban dengan penuh harap.
Respons Sekolah dan Penyelidikan Polisi
Kepala SDN Jayamukti, Kasim, mengungkapkan bahwa pihak sekolah baru mengetahui dugaan perundungan tersebut setelah kondisi AR memburuk dan masuk ICU.
Sebelumnya, AR sempat masuk sekolah tanpa menunjukkan gejala sakit atau perilaku mencurigakan.
“Kejadiannya sekitar satu minggu lalu. Korban sempat masuk sekolah dan tidak ada yang melaporkan insiden tersebut ke pihak sekolah,” jelas Kasim kepada media.
Kasim juga menegaskan bahwa peristiwa ini terjadi di luar lingkungan sekolah, sehingga pihak sekolah tidak mengetahuinya.