BACA JUGA:Siap Diberlakukan, Aturan Pembatasan Pembelian BBM Subsidi Sudah Ada
Meski demikian, Peneliti Klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin, mengungkap potensi fenomena El Nino gagal muncul di wilayah Indonesia.
Sebaliknya, pengamatan menunjukkan fitur La Nina Modoki yang jika terus berlanjut dapat berdampak pada kemarau yang basah.
"Pengamatan terkini anomali suhu di Samudra Pasifik menunjukkan fitur La Nina Modoki, bukan El Nino. Apalagi dengan maraknya badai vorteks yg berpotensi terus tumbuh menjadi siklon tropis, maka El Nino bisa saja tertunda bahkan gagal terbentuk," tulis Erma Yulihastin via akun twitter, Sabtu (29/4), mengutip cnn.Indonesia.com.
BACA JUGA:Mahasiswa Harus Tahu! Ini Dia 5 Startup Edutech Sekaligus Penyedia Dana Pendidikan
Istilah La Nina Modoki sendiri ditemukan ilmuwan Jepang yang menunjukkan pembentukan tripole atau tiga lokasi yang mengalami anomali suhu, yakni hangat di dekat Papua dan Peru serta di tengah mendingin.
Erma menjelaskan suhu menghangat di dekat Papua ini menyebabkan awan masih banyak terbentuk di Indonesia.
"Kalau La Nina Modoki terus berlanjut ya dampaknya kemarau basah lagi," katanya.
BACA JUGA:Pakai Mobil Sedan, Presiden Jokowi Rasakan Sensasi Melintas di Jalan Rusak Provinsi Lampung