Peristiwa pemanasan ini cukup kuat untuk memicu perubahan besar dalam pola cuaca global dan berdampak serius pada ekosistem laut, terutama jika dikombinasikan dengan efek perubahan iklim.
El Nino, bersama dengan pasangannya La Nina (secara harfiah berarti 'gadis kecil'), membentuk siklus El Nino-Osilasi Selatan (ENSO). Para ahli menduga peristiwa El Nino mungkin akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan.
Pada 3 Mei, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperkirakan ada kemungkinan 60 persen El Nino akan mulai terjadi antara Mei dan Juli.
Namun, pada 11 Mei, National Atmospheric and Oceanic Administration (NOAA) AS merilis prakiraannya sendiri.
Mereka memprediksi El Nino akan dimulai pada periode yang sama dengan La Nina. Badan ini juga mengatakan kemungkinan 90 persen El Nino akan bertahan hingga 2024.
"Perhatikan daerah tropis, dan jangan berkedip," tulis Nathaniel Johnson seorang ahli meteorologi di Laboratorium Dinamika Cairan Geofisika NOAA. “Kondisinya berkembang dengan cepat!" cetusnya.
BACA JUGA:Ini Bahaya El Nino, Bulan Mei 2023 Ini Menghantam Ada 19 Provinsi
Angin Pasat Siklus ENSO
Siklus ENSO terutama terkait dengan angin pasat di Samudra Pasifik yang berhembus ke arah barat di sepanjang khatulistiwa.
Biasanya, angin ini menghembuskan air permukaan yang lebih hangat dari Amerika Selatan ke arah Asia, yang kemudian digantikan oleh air laut dalam yang lebih dingin dalam sebuah proses yang dikenal sebagai upwelling.
Selama El Nino, angin pasat melemah yang menyebabkan berkurangnya upwelling dan pada gilirannya air permukaan menjadi lebih hangat.
Sedangkan selama La Niña, angin pasat menjadi sangat kuat, yang berdampak sebaliknya. Kedua peristiwa ini dapat memicu kejadian cuaca ekstrem, seperti Topan Freddy yang berpotensi memecahkan rekor yang menghantam beberapa bagian Afrika pada Februari dan Maret.
BACA JUGA:Dihantam El Nino 6 Bulan, Ini Daftar Bahaya Kemarau Kering di Indonesia
Di masa lalu, peristiwa El Nino dan La Nino terjadi kira-kira sekali setiap dua hingga tujuh tahun sekali. Namun, kemunculannya akhir-akhir ini menjadi lebih tidak menentu akibat dampak perubahan iklim.
Dalam 50 tahun terakhir, lautan menyerap hampir 90 persen energi yang terperangkap oleh pemanasan global. Hal ini menyebabkan peningkatan suhu permukaan laut secara drastis, yang berdampak pada siklus ENSO.
Peristiwa El Nino terakhir terjadi antara Februari dan Agustus 2019 dan cukup lemah. Antara Juli 2020 dan Maret 2023, La Niña tiga kali lipat dan menekan kenaikan suhu global.