Meski ia menurut, namun rasa kecewa dan marah yang dipendamnya selama bertahun-tahun menjadi akar dari kanker yang muncul kemudian.
BACA JUGA:Cara Mudah Pinjam Uang di BCA Mobile, Cukup Skali Klik Langsung Cair
Dalam contoh lain, ada juga wanita yang dipaksa menikah dengan orang pilihan ayahnya, padahal hatinya menolak.
Perasaan terpaksa, tidak dihargai, dan marah pada orang tua tersebut tak pernah benar-benar tersalurkan atau diselesaikan, yang akhirnya berdampak pada kesehatan tubuhnya.
Ustadz Danu juga mengutip ayat Al-Qur’an dan hadits sebagai penguat pandangannya. Salah satunya adalah ayat “Wa maa ashaabakum mim mushibatin fabimaa kasabat aidiikum” yang artinya, segala musibah yang menimpa manusia adalah akibat dari perbuatan tangannya sendiri.
Ini menjadi dasar bahwa setiap musibah, termasuk penyakit seperti kanker, punya kaitan erat dengan sikap dan perilaku kita sendiri.
Ia juga mengingatkan agar tidak menyimpan marah, karena Nabi Muhammad pernah bersabda: “La taghdhob walakal jannah” jangan marah, maka bagimu surga.
Lebih jauh lagi, beliau mengajak para orang tua untuk lebih bijak dalam mendidik anak. Jangan sampai keputusan sepihak tanpa diskusi menimbulkan luka hati bagi anak-anak.
Jika seorang anak tidak pernah didengarkan, selalu diperintah, atau merasa tidak diperlakukan adil, maka luka batin itulah yang kelak bisa berkembang menjadi penyakit berat.
Orang tua harus belajar membuka ruang komunikasi yang sehat dan penuh kasih sayang, bukan sekadar memberi perintah atau larangan.
Sebaliknya, anak-anak juga diajak untuk menyadari pentingnya memaafkan. Jika ada marah pada orang tua, segera minta maaf.
BACA JUGA:Pinjaman Online Resmi Livin by Mandiri Rp 100 Juta, 12 Jam Cair ke Rekening Tanpa Jaminan
Jangan tunggu hingga penyakit datang sebagai bentuk peringatan. Karena menurut Ustadz Danu, kanker payudara yang muncul di usia muda sangat sering berkaitan dengan emosi terpendam, terutama terhadap orang tua atau pasangan hidup.
Bahkan ia menyebut bahwa “kanker itu sebenarnya muncul dari paru-paru, karena di sanalah marah dipendam”.