"Jujur saja saya sangat bingung, siapa diantara kalian yang benar. Tapi sepertinya aku lebih mempercayai Si Fulan. " kata Hakim.
"Kenapa Tuan Hakim begitu mudah memutuskan hal ini, anda adalah hakim yang terkenal bijak. Harusnya anda lebih berhati-hati dalam memutuskan." kata Abu Nawas tidak terima.
"Sudahlah Abu Nawas terima saja keputusan hakim. Toh area kebunmu masih juga luas" ucap Si Fulan.
"Enak saja kamu bicara, kamu telah mencuri lahanku. Kamu sengaja memindahkan tumpukan batu yang menjadi pembatas" bentak Abu Nawas.
"Saya harap kalian berdua diam! Apa yang akan saya putuskan tidak bisa diganggu gugat, dan keputusan saya adalah tanah yang kamu tanami buah adalah milik Si Fulan," kata tuan hakim memutuskan.
"Mendengar hal itu Si Fulan merasa sangat senang "terima kasih Tuan Hakim anda adalah hakim yang paling bijak yang pernah saya kenal,” ujar Si Fulan.
Sementara Abu Nawas hanya bisa pasrah menerima keputusan tersebut. "Asyik sekarang aku punya kebun lebih luas dari Abu Nawas" batin Si Fulan.
"Oh iya, Fulan berapa luas kebunmu? " tanya Tuan Hakim.