Menurut Budaya Jawa, Saat Malam Satu Suro Dilarang Berkata Kasar dan Berisik, Ini Alasannya
Mitos malam satu Suro--
Selain berbicara buruk, di malam satu Suro juga dilarang berbicara keras atau berisik karena masyarakat Jawa ada yang melakukan ritual bisu atau tidak bersuara keras.
Ritual ini biasa dikenal sebagai tradisi atau ritual di area Keraton Yogyakarta yang dikenal sebagai Mubeng Benteng.
Tradisi atau ritual ini dilakukan sebagai bentuk tirakat atau pengendalian diri dan memohon keselamatan kepada Tuhan.
Pada malam itu, mubeng benteng dilakukan dengan berjalan kaki mulai dari Keraton Yogyakarta, alun-alun utara, ke daerah barat (Kauman), ke selatan (Beteng Kulon), ke timur (Pojok Beteng Wetan), sampai ke utara lagi dan kembali ke Keraton.
Tak hanya itu, layaknya orang berpuasa, ketika melakukan ritual ini, dilarang makan, minum, bahkan merokok.
Dari larangan diatas, menunjukkan malam satu Suro termasuk dalam tradisi kepercayaan lokal yang sarat nilai-nilai budaya.
Larangan berkata buruk dan berbicara keras bukan sekadar mitos belaka, tetapi bagian dari upaya menjaga keharmonisan dengan alam dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya, termasuk yang tidak kasatmata.
Dengan tidak berkata buruk dan berbicara keras, masyarakat Jawa menunjukkan bentuk penghormatan terhadap nilai budaya dan spiritualitas yang diwariskan secara turun-temurun.
BACA JUGA:Mantan Kadis Pertanian Kaur Diperiksa Penyidik Tipikor, Akui Terima Fee Proyek Dari Kontraktor
Itu tadi informasi mengenai larangan malam satu Suro yang masih dipercaya secara turun-temurun. Kamu bebas untuk mempercayai atau pun tidak.
BACA JUGA:Mantan Kadis Pertanian Kaur Diperiksa Penyidik Tipikor, Akui Terima Fee Proyek Dari Kontraktor
Nutri Septiana
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


