Iklan dempo dalam berita

Kesaktian Tongkat Bung Karno, Diacungkan ke Muka Penjajah Langsung Tertunduk Ciut

Kesaktian Tongkat Bung Karno, Diacungkan ke Muka Penjajah Langsung Tertunduk Ciut

Cerita kesaktian tongkat Presiden Soekarno--

Dengan diambilnya itu, Bung Karno akhirnya mudah dijatuhkan oleh lawan-lawan musuh terutama Soeharto. Itulah 6 benda pusaka sakti Bung Karno yang membuat Negara Belanda menyingkir dari Indonesia.

BACA JUGA:Rajin Baca Surat Al Mulk, InsyaAllah Disayang Nabi Muhammad dan Dijauhkan dari Maksiat

 

Bakti Kepada Ibu

 

Sementara itu, menurut Roso Daras, penulis buku "Sukarno, Serpihan Sejarah yang Tercecer", bahwa diantara sekian banyak keteladanan dari seorang Bung Karno, rasanya keteladanan “bakti kepada ibu” ini merupakan keteladanan yang patut disemai.

“Kesaktian” Bung Karno justru terletak pada restu sang ibu, disertai kesadaran tinggi, bahwa takdir, termasuk kapan maut menjemput, adalah mutlak milik Tuhan,” ucap Roso.

Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, nama yang begitu diagungkan oleh seorang Bung Karno. Ia adalah seorang ibu yang telah menumpahkan seluruh restu bagi perjuangan anaknya. Seorang ibu yang memangkunya di saat fajar menyingsing, seraya memeluk dan membisikkan kata. “Jangan lupa nak… engkau adalah Putra Sang Fajar”.

“Tak pernah Bung Karno lupakan, momentum pagi hari sebelum keberangkatannya ke Surabaya, untuk melanjutkan sekolah di HBS. “Rebahlah nak… rebahlah di tanah…,” perintah sang ibu. 

Tanpa bertanya, apalagi memprotes, Sukarno kecil pun segera rebah di tanah menghadap langit semesta. Sang bunda segera melangkahi tubuh kecil Bung Karno hingga tiga kali bilangannya. Itulah bentuk seluruh restu yang ia tumpahkan bagi sang putra.

BACA JUGA:Danau Toba Jadi Google Doodle Hari Ini, Ini 5 Danau Terbesar di Pulau Sumatera

Bung Karno sadar, Ida Ayu Nyoman Rai Srimben tidak kalah sadar. Sejak itu, mereka harus “berpisah”. Sejarah pun kemudian mencatat, Bung Karno sekolah di Surabaya, menumpang dan digembleng oleh HOS Cokroaminoto.

Perjalanan selanjutnya adalah Bandung untuk menggapai titel insinyur di THS (sekarang ITB). Jika dideret rentetan sebelum dan setelahnya, akan tebentang sejarah panjang Bung Karno yang dramatis.

Sang ibu, yang kemudian berdiam di Blitar, adalah seorang ibu yang tidak pernah putus merestui dan mendoakan anaknya. Ada kalanya pula, Bung Karno yang sowan ke Blitar, menjemput restu.

"Ya, dalam segala hal, Sukarno terus meng-up-date restu sang ibu. Dalam hal apa pun, entah ketika mengawali pelajaran, ketika mengawali kehidupan berumah-tangga, ketika ini dan itu restu ibu nomor satu," bebernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: