Iklan RBTV Dalam Berita

Cerita Tragis G30S PKI, Sang Adik Letjen S Parman Dibunuh PKI dan Sang Kakak Sakirman Ditembak Militer

Cerita Tragis G30S PKI, Sang Adik Letjen S Parman Dibunuh PKI dan Sang Kakak Sakirman Ditembak Militer

Letjen S. Parman, salah satu jenderal yang menjadi korban G30S/PKI--

S. Parman juga dianggap sebagai sosok yang berani dan tegas dalam mengambil keputusan. Hal ini terbukti dari penolakannya terhadap ideologi komunis yang diusung oleh kakaknya. Meskipun keluarganya terafiliasi dengan PKI, S. Parman tetap berjuang untuk negaranya dan menolak untuk terlibat dalam ideologi komunis yang bertentangan dengan keyakinannya.

Kariernya di militer juga menunjukkan bahwa S. Parman merupakan sosok yang kompeten dan berdedikasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Ia naik pangkat dari Kepala Staf Gubernur hingga Letnan Kolonel, dan menjadi salah satu pejabat Angkatan Darat yang dihormati. Selain itu, S. Parman juga terlibat dalam penumpasan pemberontakan APRA, yang menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi tantangan dan mengambil tindakan tegas untuk menjaga keamanan negara.

BACA JUGA:Wimran Asbanda Vs Beni BJB, Siapa Terkuat Calon Dirut Bank Bengkulu, 2 Sudah Tersingkir

Peristiwa G30S yang menimpa S. Parman menunjukkan betapa berbahayanya radikalisme dan ekstremisme dalam politik. Tindakan penculikan dan pembunuhan terhadap para jenderal pada peristiwa G30S adalah bentuk kekerasan yang tidak dapat diterima dalam sebuah negara yang beradab. S. Parman, sebagai salah satu korban peristiwa tersebut, menjadi simbol perlawanan terhadap segala bentuk kekerasan dan ekstremisme dalam politik.

Kita sebagai warga negara Indonesia harus mengambil pelajaran dari peristiwa G30S dan menghindari segala bentuk radikalisme dan ekstremisme dalam politik. Kita harus terus berjuang untuk mempertahankan kebebasan dan keadilan dalam negara kita, dan menghormati jasa-jasa para pahlawan kita yang telah berjuang untuk kebebasan dan kemerdekaan Indonesia.

Sebagai negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, kita harus menghindari segala bentuk ekstremisme agama yang dapat memicu konflik dan kekerasan. Kita harus mengedepankan nilai-nilai kebebasan, toleransi, dan kerukunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BACA JUGA:Kartu Prakerja Gelombang 62 Dibuka, Lolos Dapat Rp 600.000, Pencairan Insentif Bisa Lewat DANA

Peristiwa G30S juga mengingatkan kita bahwa setiap pihak harus bertanggung jawab atas tindakan dan keputusannya. Tindakan radikal dan ekstrem dapat memicu kekerasan dan membahayakan keamanan dan stabilitas negara. Oleh karena itu, kita harus mengedepankan nilai-nilai kebijakan, tanggung jawab, dan akuntabilitas dalam setiap tindakan dan keputusan yang kita ambil.

Kita harus menghormati jasa-jasa para pahlawan kita yang telah berjuang untuk kebebasan dan kemerdekaan Indonesia, termasuk S. Parman yang telah berjuang dengan penuh dedikasi dan keberanian. Kita harus memperingati peristiwa G30S sebagai pengingat bahwa kekerasan dan ekstremisme tidak dapat diterima dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagai warga negara Indonesia, kita harus mengambil peran aktif dalam membangun dan menjaga negara kita agar tetap aman, damai, dan sejahtera. Dengan mengedepankan nilai-nilai kebebasan, toleransi, dan keberanian, kita dapat membangun negara yang maju dan bermartabat, serta menghormati jasa-jasa para pahlawan kita yang telah berjuang untuk kemerdekaan dan kebebasan Indonesia.(tim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: