Mengenal Trading Kripto dan Risikonya Sebelum Membeli
Mengenal Trading Kripto dan Risikonya Sebelum Membeli--foto:ist
NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM- Anda mungkin sudah familiar dengan istilah trading crypto atau kripto yang beberapa tahun terakhir sempat ramai di kalangan trader.
Trading Crypto sebenarnya memiliki pengertian yang hampir sama dengan trading saham, hanya saja bedanya pada objek transaksi yang berbentuk cryptocurrency.
BACA JUGA:Harga Kripto Hari Ini: Pasca Koreksi Drastis, Bitcoin Menguat Tipis
Pada dasarnya, cryptocurrency hadir karena adanya blockchain dan pasar mata uang digital di kalangan masyarakat. Bahkan, ada beberapa jenis cryptocurrency yang sangat terkenal dan nilainya bisa mencapai nominal puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Pengertian Trading Crypto
Apa itu trading crypto? Menurut Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan, aset crypto atau kripto merupakan komoditi yang bisa diperdagangkan di bursa berjangka.
BACA JUGA:Berikut Jenis Koin Kripto yang Siap Panen Cuan, Diramalkan Bakal Naik dan Jadi Incaran Investor
Meskipun Bank Indonesia melarang aset kripto digunakan sebagai mata uang atau alat pembayaran, namun aset kripto umumnya dapat dijadikan sebagai alat investasi dan dapat diperjualbelikan.
Aset kripto tersebut sering kali disebut dengan koin kripto atau uang kripto dalam trading crypto yang biasanya bisa diperdagangkan sepanjang hari tanpa libur atau 24 jam per 7 hari.
Namun, ada banyak hal yang perlu Anda perhatikan sebelum memulai trading crypto karena kegiatan ini memiliki risiko yang sangat tinggi.
BACA JUGA:Ada Bursa Kripto Indonesia, Ini Risiko dan Pertimbangan Bertransaksi di Bursa Kripto
Dalam hal ini, trading crypto merupakan kegiatan menjual dan membeli aset mata uang digital yang tersedia di pasar cryptocurrency dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.
Cryptocurrency sendiri saat ini dianggap sebagai aset untuk trading karena nilai fluktuasinya yang sangat tinggi.
Risiko Trading Crypto
Trading crypto memiliki risiko yang cukup tinggi sehingga perlu berhati-hati sebelum terjun di dalam aktivitas ini.
BACA JUGA:Hasilkan Token Kripto Gratis Hanya dengan Nonton Video, Coba Gunakan Aplikasi Ini
Untuk mencegah terjadinya kerugian dengan nilai yang cukup besar dalam trading crypto, Anda perlu memperhatikan beberapa risiko dan kelemahan dari trading ini, antara lain:
1. Risiko Penurunan Nilai yang Tak Terbatas
Dalam trading crypto, nilai-nilai mata uangnya bisa saja naik hingga ratusan persen tanpa ada batas.
Hal ini tentu cukup menggiurkan bagi Anda yang ingin mendapatkan keuntungan dari trading crypto. Namun, di balik semua itu ternyata ada risiko penurunan nilai yang tidak terbatas ketika melakukan trading crypto.
Dalam hal ini, bisa saja Anda sebagai trader atau investor yang sempat untung dalam trading crypto justru bisa berbalik rugi dengan nilai yang sangat besar akibat jual-beli aset kripto yang fluktuatif.
BACA JUGA:Mau Untung Main Kripto? Ikuti Cara Berikut, Khususnya Bagi Pemula
Hal tersebut sudah jelas berbeda dengan investasi di pasar modal, seperti reksa dana atau saham.
Di Bursa Efek Indonesia, umumnya batas maksimal penurunan saham sekitar 7 persen dalam sehari dan biasanya akan langsung mengaktifkan sistem auto rejection. Bila penurunan terjadi selama beberapa hari, pihak otoritas Bursa menerapkan pemberhentian perdagangan sementara atau suspensi sehingga kerugian trader atau investor bisa dibatasi.
2. Tidak Ada Fundamental yang Bisa Dianalisis
Perlu Anda ketahui bahwa mata uang kripto bukanlah seperti mata uang rupiah, dollar, dan lain sebagainya.
Sebab, meski dikenal sebagai koin atau uang, Cryptocurrency dalam trading crypto bukan mata uang yang memiliki dasar fundamental seperti kondisi ekonomi suatu negara, suku bunga, serta data makro-ekonomi lainnya.
Mata uang dalam trading crypto juga tidak bisa dianalisis dalam segi fundamentalnya, seperti halnya saham emiten yang biasanya pihak perusahaan memiliki pendapatan, laba, operasi bisnis, dan dividen.
Sementara itu, reksa dana bisa Anda lihat dari isi portofolio yang tertera di dalam fund fuck sheet. Oleh karena itu, akan sangat sulit bagi Anda untuk memprediksi dan menganalisis nilai wajar atau valuasi dari mata uang kripto dan sejenisnya ketika melakukan trading crypto.
BACA JUGA:Kripto sedang Naik Daun, WisdomTree Ikuti Cara BlackRock
3. Tidak dilindungi oleh badan otoritasAset kripto hadir berkat teknologi blockchain yang memungkinkan semua data transaksi secara otomatis. Karena kegiatannya diatur oleh sistem blockchain, maka tidak ada lagi badan otoritas yang membuat peraturan dengan jelas atau pihak yang bisa membatasi perdagangan.
Artinya, dalam trading crypto pun tidak ada perlindungan trader atau investor yang dapat mendengarkan keluhan bila sesuatu terjadi pada aset kripto tersebut.
Hal tersebut sudah jelas berbeda dengan reksa dana atau saham yang memang telah diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Jika saham Anda bergerak tidak wajar atau perusahaannya melanggar ketentuan, OJK akan memberikan peringatan.
BACA JUGA:Bitcoin Melejit ke Level 30 Ribu Dollar, Kripto Teratas Kompak Hijau
Reksa dana dan manajer investasi yang tidak patuh pun akan diberikan sanksi oleh OJK. Sementara itu, saat ini Bappebti Kementerian Perdagangan hanya mengawasi para penjual kripto dan aset kripto yang bisa diperdagangkan di Indonesia.
Itulah beberapa risiko trading crypto yang perlu Anda ketahui secara cermat. Pasalnya, saat ini sudah banyak korban dengan kerugian yang sangat besar akibat melakukan kegiatan trading ini tanpa pengetahuan yang banyak.
Maka dari itu, Anda sebaiknya lebih berhati-hati untuk melakukan trading.
Selain trading, sebenarnya saat ini sudah banyak jenis investasi yang bisa Anda lakukan, salah satunya adalah reksa dana. Namun, apa bedanya trading dan investasi? Simak dulu penjelasan lengkapnya di bawah ini.
BACA JUGA:Pasar Kripto Terus Menguat, Siap-siap Kantong Kembali Tebal
Perbedaan Trading dan Investasi
Dalam memahami mengenai perbedaan trading dan investasi, Anda perlu mengetahui terlebih dahulu tujuan dari masing-masing aktivitas ini.
Investasi tujuannya berorientasi untuk menciptakan keuntungan dalam jangka waktu relatif lama dengan membeli dan menahan aset yang dimiliki. Sedangkan trading tujuannya untuk menghasilkan keuntungan melalui jual beli saham.
Apabila terjadi fluktuasi atau naik-turun pasar harian, hal tersebut tidak akan mempengaruhi investor karena biasanya mereka bertujuan untuk investasi jangka panjang.
Sedangkan, para trader cenderung bisa mendapatkan keuntungan dari fluktuasi pasar harian tersebut dengan membeli dan menjual saham yang mereka miliki.
BACA JUGA:Disebut ‘Kiamat’ Ternyata Kripto Mampu Bangkit, Ini Penyebab Kripo Kembali Bernapas
Selain itu, Anda juga bisa melihat perbedaan investasi dan trading dari segi penambahan manfaat. Biasanya investor yang berinvestasi bisa menikmati berbagai fasilitas, seperti dividen, bonus, pemecahan saham, dan lain sebagainya.
Sementara itu, trader yang trading memegang saham hanya untuk interval pendek sehingga tidak menikmati fasilitas seperti investor.
Perbedaan trading dan investasi juga bisa dilihat dari segi jangka waktu. Umumnya investasi bisa dilakukan dengan jangka waktu yang panjang. Sedangkan, trading biasanya dilakukan dalam jangka waktu yang pendek.
Itulah sebabnya, strategi investor umumnya menciptakan kekayaan dengan dividen dan bunga majemuk, sedangkan trader bergantung pada waktu pasar, sehingga mereka harus jeli menemukan waktu yang tepat untuk trading saham.
BACA JUGA:Koin PEPE Naik 1.000 Persen, Bandar Kripto Cuan Rp 18 Miliar dalam Hitungan Jam
Meski begitu, baik itu trading dan investasi memang memiliki risiko masing-masing. Yang terpenting, Anda perlu lebih cermat untuk mengurangi atau bahkan mencegah risiko yang mungkin terjadi.
Untuk memudahkan Anda dalam berinvestasi dengan risiko yang cenderung lebih rendah dibandingkan trading crypto, Anda bisa memanfaatkan reksa dana.
Ada beberapa jenis reksa dana yang bisa Anda pilih, mulai dari reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham.
Anda tidak perlu khawatir karena ada beberapa keuntungan berinvestasi reksa dana, seperti penawarannya beragam, mudah dipelajari bagi pemula, modal awal relatif terjangkau, risiko relatif lebih rendah, dikelola secara profesional, dan transparan.
(Tim Liputan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: