Kesatria Pelopor Pendidikan Perempuan! Ini Kisah Ibu Kartini Melawan Tradisi Poligami
Perjuangan R.A Kartini melawan tradisi poligami --
Selain itu, Kartini juga menuntut agar dibangun sekolah di Rembang dan diberikan kesempatan untuk mengajar di sana. Ia juga bersikeras untuk berkomunikasi dalam bahasa Jawa sehari-hari.
Dengan setuju atas syarat-syarat tersebut, Kartini akhirnya menjadi istri keempat Adipati Djojoadiningrat.
Namun, nasib tragis menghampirinya. Kartini meninggal dunia pada usia yang masih muda, hanya beberapa hari setelah melahirkan putranya yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat.
Walau hidupnya singkat, semangat dan perjuangan Kartini terus dikenang dan dihargai. Tanggal kelahirannya, 21 April, diperingati setiap tahun sebagai Hari Kartini, sebagai penghormatan atas perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan di Indonesia.
BACA JUGA:Hari Kartini, Berikut Biografi R.A Kartini, Pahlawan yang Memperjuangkan Kesetaraan Gender
Berikut beberapa fakta RA Kartini yang penting untuk diketahui lebih lanjut. Yuk, simak.
1. Kartini mahir berbahasa Belanda
Museum RA Kartini di Jalan Alun-alun Jepara, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/Yusuf NugrohoFakta menarik pertama Kartini adalah, beliau mahir berbahasa Belanda. Sebagai seorang anak bangsawan Jawa, Kartini mendapatkan pendidikan yang cukup.
Kemampuannya berbahasa Belanda itulah yang membuat ia memiliki akses untuk berkomunikasi dengan berbagai elemen pemerintahan Belanda masa itu. Bahkan, ia mampu menuliskan permohonan beasiswa pendidikan kepada Pemerintah Belanda saat berusia 20 tahun.
BACA JUGA:Info Terbaru Cara Pinjam Uang Online BRI, Dana Rp 10 Juta Lebih Mudah Cair Bisa Tanpa Jaminan
2. Jago masak dan sempat menulis resep masakan dalam aksara Jawa
Museum RA Kartini di Jalan Alun-alun Jepara, Jawa Tengah. Selain membaca dan menulis, hobi Kartini yang cukup dikuasainya ialah memasak. Ia mampu memasak beragam masakan, khususnya masakan khas Jawa.
Kartini sempat mengumpulkan dan menuliskan resep-resep masakannya. Resep-resep itu ditulis dengan menggunakan aksara Jawa.
Melalui masakannya, Kartini berhasil mengenalkan budaya Jawa kepada bangsa Belanda sehingga mereka menghormati kebudayaan Jawa.
Resep-resep itu kemudian ditulis kembali oleh Suryatini N. Ganie, cicit Kartini, dalam buku berjudul “Kisah & Kumpulan Resep Putri Jepara; Rahasia Kuliner R.A. Kartini, R.A. Kardinah, dan R.A. Roekmini.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: