Iklan RBTV Dalam Berita

Tradisi Senioritas Berujung Kematian? Semua Berawal dari ‘Siapa yang Paling Kuat’

Tradisi Senioritas Berujung Kematian? Semua Berawal dari ‘Siapa yang Paling Kuat’

Tradisi senioritas yang sering memakan korban--

Selanjutnya, kata Gidion, tersangka TRS menanyakan siapa yang paling kuat diantara mereka. Lalu korban menjawab bahwa dirinyalah yang paling kuat diantara teman-temannya. 

Karena korban merasa dirinya adalah ketua kelompok dari komunitas tingkat 1 ini. Lalu secara tiba-tiba tersangka TRS langsung melayangkan pukulan tepat di ulu hatinya. Setelah menerima pukulan sebanyak lima kali, korban langsung roboh.

“Penindakan yang dilakukan ini menggunakan kekerasan tangan kosong, tidak menggunakan alat apa-apa, jadi pemukulan menggunakan tangan kosong,” Gidion menambahkan.

BACA JUGA:Kekerasan di STIP Berujung Kematian, Ini Wajah Tersangka, Kronologis hingga Ancaman Hukumannya

Kemudian melihat korban tersungkur, tersangka TRS menyuruh keempat rekan korban meninggalkan toilet. Lalu tersangka TRS membawa korban ke ruang kelas sebelah toilet untuk melakukan upaya pertolongan. 

Berdasarkan pengakuannya, TRS berusaha menolong dengan cara menarik lidah korban keluar. Namun sayangnya, justru hal itu membuat korban tidak bisa bernapas dan meninggal dunia 

“Penyelamatan dilakukan dengan memasukkan tangan ke mulut korban untuk menarik lidahnya. Tapi itu justru yang menutup saluran (pernapasan), korban meninggal dunia,” beber Gidion. 

Sementara itu, Kepala Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Brigadir Jenderal Hariyanto, menyatakan jenazah PSAR, akan diterbangkan ke kediaman keluarga di Bali pada hari ini, Ahad, 5 Mei 2024. Korban baru saja selesai menjalani autopsi pada sabtu kemarin.

BACA JUGA:Kekerasan di Dunia Pendidikan Kembali Terjadi dan Memakan Korban, Terduga Pelaku Dicopot dari Status Mahasiswa

Hariyanto menjelaskan, hasil autopsi secara umum menemukan luka berupa memar pada mulut, lengan atas dan dada, dan luka lecet di bibir korban.

Selain itu, hasil autopsi menunjukkan korban mengalami memar pada paru dan perbendungan organ dalam.

Gidion menuturkan pihaknya telah menemukan sejumlah alat bukti yang cukup untuk menetapkan Tegar sebagai tersangka. Diantaranya adalah rekaman CCTV yang cukup jelas mengungkap rangkaian peristiwa penganiayaan itu. 

Meski terjadi di salah satu kamar mandi kampus, Gidion memastikan penganiayaan tidak dilakukan saat kegiatan kampus. Penganiayaan itu diduga atas inisiasi seniornya tersebut.

BACA JUGA:70 Rekomendasi Nama Bayi Perempuan Islami 3 Kata Beserta Artinya, Penuh Makna dan Doa

Gidion juga menyatakan, sejauh ini pihaknya menemukan sejumlah luka bekas benturan benda tumpul di tubuh Putu Satria. Dia memastikan pemriksaan laboratoris secara forensik dan visum dilakukan oleh dokter yang berkompeten. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: