Lebih dari 40 Tahun Menulis Sastra Jawa, Sunarko Sodrun Terima Reward Kemendikbud
Sunarko Sodrun Terima Reward Kemendikbud--
BACA JUGA:Daftar Lengkap Dana Desa Kabupaten Bandung 2024, Ada Satu Desa Dapat Dana Capai Rp 3 M
Nama pena Narko Sodrun berangkat dari awal antologi cerita cekak (Cerkak) atau cerpen dalam Bahasa Jawa. Sodrun sendiri menurutnya adalah tataran orang diatasnya gila.
"Itu tidak seperti biasanya dalam dalam ranah bahasa Jawa, itu dibahas oleh pak Muhammad Ali ketika itu dan juga jadi TVRI Surabaya. Setelah itu nama saya kondang jadi sodrun itu makanya saya gunakan ikon narko sodron. Sodrun itu diatasnya gila, hehehe. Kalau bahasa arab itu 'as-sadr' yang berarti lapang dada," selorohnya.
BACA JUGA:Rincian Dana Desa Kabupaten Pesawaran 2024, Ada yang Dapat Alokasi di Atas Rp 1,5 Miliar?
Siapa sangka, pensiunan guru ini dahulu selain menulis cerpen juga sempat menjadi wartawan Penyebar Semangat, Joyoboyo Mekar Sari Jogjakarta.
Hingga akhirnya setelah beberapa tahun, ada peraturan bawa PNS tidak diperbolehkan merangkap sebagai wartawan membuatnya fokus mengajar.
BACA JUGA:Rincian Dana Desa Kabupaten Way Kanan 2024, Desamu Kebagian Berapa?
Belum lagi yang tidak dimuat, karena menulis selamanya tidak langsung dimuat. Berbeda dengan bahasa online langsung dikirim, tulis baca.
Ditanya lebih jauh perihal pepatah 'penulis yang baik adalah pembaca yang baik' ia mengalami. Sebagai penulis dikatakan orang sebagai penulis karena awal suka membaca.
BACA JUGA:Rincian Dana Desa Kabupaten Cianjur Tahun 2024, Ini Desa yang Mendapatkan Dana Terbesar
Kalau tidak gemar membaca ibarat seperti orang mengisi kolam kamar mandi. Kalau kita sudah dalam kamar mandi penuh air, mau setiap saat ambil itu mudah.
Narko Sodrun mengibaratkan kembali seperti menulis pada gawai melalui Aplikasi WhatsApp, dimana setiap kata yang dimasukkan masuk dalam kamus. Sehingga saat membaca awal, pasti punya kata-kata yang secara otomatis tersimpan.
BACA JUGA:Idul Adha 1445 Hijriah, Kemenag Seluma Catat 1.213 Ekor Hewan Siap Dikurbankan
Oleh sebab itu, Dosen STKIP yang sekarang menjadi UBHI Tulungagung sejak 2000 ini mewanti-wanti jangan gengsi atau sungkan membaca karya orang lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: