Aksi Boikot Konsumen RI Punya Daya Gedor Dahsyat, Mampu Gerus Produk Terafiliasi Israel, Ini Hasil Surveinya
Dampak boikot produk yang pro atau terafiliasi dengan Israel--
Kategori makanan dan minuman mencatat penurunan penjualan sebesar 74% dari 75 merek yang terboikot, sedangkan 62% dari 85 merek di kategori perawatan dan kecantikan juga mengalami penurunan penjualan.
BACA JUGA:Ditetapkan di 7 Ruas Tol, Bayar Tol Tanpa Setop alias Multi Lane Free Flow (MLFF), Ini Daftarnya
Peralihan ke Produk Dalam Negeri
Survei Compas juga mencatat fenomena menarik di mana konsumen yang melakukan aksi boikot cenderung beralih ke produk-produk lokal yang tidak terafiliasi dengan Israel.
Hanindia Narendrata menjelaskan bahwa konsumen mengganti produk dengan merek lain yang tidak memiliki afiliasi dengan Israel dan lebih memilih produk lokal sebagai substitusi.
Di kategori makanan dan minuman, beberapa merek perusahaan multinasional mengalami penurunan penjualan yang signifikan, sementara produsen dalam negeri seperti Mayora, Wings Group, dan Gunung Slamet Slawi (GSS) justru mengalami peningkatan penjualan. Mayora mencatat peningkatan penjualan sebesar 9%, Wings Group sebesar 4,7%, dan Gunung Slamet Slawi sebesar 1,7%.
Dampak Signifikan di Kategori Ibu dan Bayi
Kategori produk ibu dan bayi merupakan yang paling terdampak oleh aksi boikot ini. Brand global di kategori ini mengalami penurunan penjualan yang drastis, mencapai angka 18,3%.
BACA JUGA:Lowongan Kerja BNI Terbaru, Syarat Umur 28 Tahun, Pendaftaran Dibuka hingga 31 Juli
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen di Indonesia lebih memilih produk lokal yang tidak terafiliasi dengan Israel untuk kebutuhan ibu dan bayi mereka.
Proyeksi Lanjutan Gerakan Boikot
Hanindia Narendrata menyebutkan bahwa berdasarkan pantauan terkini melalui media sosial, gerakan boikot ini diperkirakan masih akan berlanjut.
Kekuatan gerakan boikot ini menunjukkan betapa kuatnya solidaritas konsumen Indonesia terhadap isu-isu kemanusiaan dan politik global.
Survei Edelman's Trust Barometer
Survei lainnya, yaitu 'Edelman's 2024 Trust Barometer Special Report: Brands and Politics', yang dirilis pada pertengahan Juni 2024, juga memberikan gambaran tentang kekuatan aksi boikot ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: