Alat Kontrasepsi Bagi Anak Usia Sekolah dan Remaja, Kontroversi PP Nomor 28 Tahun 2024
PP tentang alat kontrasepsi untuk remaja yang menuai polemik dan kontroversi--
Edukasi mengenai seks dan kesehatan reproduksi harus diberikan dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Pelibatan tokoh agama dan masyarakat dalam merumuskan kebijakan ini sangat penting untuk memastikan penerimaan dan efektivitas program yang dijalankan.
Peran orang tua dan sekolah sangat penting dalam memberikan pendidikan seksualitas kepada remaja.
Orang tua harus terlibat aktif dalam memberikan informasi yang benar dan mendukung anak-anak mereka dalam memahami pentingnya menjaga kesehatan reproduksi.
Sekolah juga harus menjadi tempat yang aman dan mendukung untuk diskusi tentang topik-topik sensitif ini.
BACA JUGA:Dibalik Keindahannya, Ini Misteri Sosok Penunggu Danau Ranu Kumbolo Jawa Timur, Bikin Merinding
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, menyatakan bahwa penyediaan alat kontrasepsi bagi pelajar yang diatur dalam PP Nomor 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Kesehatan tidak sesuai dengan prinsip pendidikan nasional (Diknas).
Ini Respon Mathlaul Anwar "Itu tidak sejalan dengan amanat pendidikan nasional yang berasaskan budi pekerti luhur dan menjunjung tinggi norma agama,” kata Fikri seperti dilansir Antara, Senin 5 Agustus 2024.
BACA JUGA:Aksinya Viral, Sekuriti PT KAI Banjir Pujian, Fasilitas Statiun Malah Jadi Sorotan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan nasional didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, serta tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
BACA JUGA:Selebgram Lula Lahfah Diteriaki Haram saat Tunaikan Ibadah Umrah, Ternyata Ini Penyebabnya
Selain itu, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Fikri menilai bahwa penyediaan alat kontrasepsi bagi siswa sama dengan membolehkan perilaku seks bebas di kalangan pelajar.
“Alih-alih mensosialisasikan risiko perilaku seks bebas kepada usia remaja, malah menyediakan alatnya, ini nalarnya ke mana?” ujarnya.
BACA JUGA:Sempat Kejar-kejaran di Jalanan, Pelaku Begal Berujung Ditembak Mati Polisi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: