Iklan RBTV Dalam Berita

Selesai namun akan Selalu Dikenang, Ini Daftar Produk Tupperware yang Paling Laris dalam Sejarahnya

Selesai namun akan Selalu Dikenang, Ini Daftar Produk Tupperware yang Paling Laris dalam Sejarahnya

Produk Tupperware yang Paling Laris --

Nah, dari 5 produk legendaris diatas, tentu ada salah satunya didalam lemari tempat penyimpanan barang berharga ibu kalian, bukan?

Lalu apa yang menjadi penyebab Tupperware mengalami kebangkrutan?

Dikutip dari tempo.co, banyak faktor yang dapat menyebabkan sebuah perusahaan bangkrut.

Dalam pengumuman resmi terkait pengajuan kebangkrutannya, Tupperware menyebutkan bahwa "kondisi ekonomi makro yang menantang" sangat memengaruhi keuangan mereka.

Saat perusahaan berbicara tentang "kondisi ekonomi makro", yang dimaksud adalah faktor-faktor besar yang dialami banyak perusahaan, seperti kenaikan biaya akibat inflasi, suku bunga tinggi, serta berkurangnya keinginan konsumen untuk membeli barang-barang yang dianggap tidak esensial:

1. Kurang Pasar Daring

Dilansir dari Fast Company, Tupperware menyatakan bahwa hampir 90 persen penjualannya pada 2023 masih berasal dari penjualan langsung. Angka ini cukup tinggi, terutama mengingat e-commerce sudah ada sejak tahun 1990-an.

Namun, Tupperware baru mulai benar-benar memanfaatkan e-commerce pada era 2020-an. Baru pada bulan Juni 2022, Tupperware baru membuka toko di Amazon.com.

BACA JUGA:Begini Kronologi Kegaduhan Diacara Pembekalan Lemhannas yang Berujung Pemecatan Tia Rahmania

2. Utang

Menurut dokumen pengadilan, Tupperware memiliki utang besar sebesar USD 812 juta. Dikutip dari Entrepeneur, sebagian besar utang ini dibeli oleh investor yang mengkhususkan diri dalam utang bermasalah dengan harga diskon besar pada Juli.

Investor seperti Stonehill dan Alden membeli sebagian besar pinjaman senior perusahaan hanya seharga 3 sen per dolar.

Dari pinjaman sebesar USD 8 juta, Tupperware hanya menerima USD 6 juta dana segar karena persyaratan yang lebih menguntungkan pemberi pinjaman, menurut catatan pengadilan.

Tupperware juga mengungkapkan bahwa para pemberi pinjaman ini mencoba menggunakan posisi utang mereka untuk menyita aset penting perusahaan, termasuk kekayaan intelektualnya, yang memaksa perusahaan untuk mencari perlindungan kebangkrutan.

Dalam pengajuan kebangkrutannya di Pengadilan Kepailitan AS untuk Distrik Delaware, Tupperware mencatat asetnya berada di antara USD 500 juta hingga USD 1 miliar, sementara utangnya berkisar antara USD 1 miliar hingga USD 10 miliar.

Perusahaan ini juga mencatat jumlah kreditur antara 50.001 dan 100.000. Pada tahun 2023, Tupperware menyelesaikan perjanjian restrukturisasi utang dengan pemberi pinjamannya dan bekerja sama dengan bank investasi Moelis & Co untuk membantu mencari opsi strategis yang dapat menyelamatkan perusahaan.

BACA JUGA:Berhati Mulia, Driver Ojol Wanita Sigap Bantu Korban Laka Lantas Dihadiahi Motor

3. Perilaku Konsumen

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: