Iklan RBTV Dalam Berita

Fenomena Hujan ES di Lampung Barat saat sebagian Wilayah RI Terpanggang Suhu Panas

Fenomena Hujan ES di Lampung Barat saat sebagian Wilayah RI Terpanggang Suhu Panas

Fenomena Hujan ES di Lampung Barat saat sebagian Wilayah RI Terpanggang Suhu Panas--

NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COMBadan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan mengenai fenomena hujan es yang baru-baru ini melanda Kabupaten Lampung Barat. 
BMKG menjelaskan bahwa fenomena ini disebabkan oleh keberadaan awan cumulonimbus, yang merupakan awan konvektif yang sering muncul pada masa peralihan musim. 
Fenomena ini dapat terjadi saat wilayah tersebut mengalami pemanasan udara yang intens, yang umumnya terjadi di fase pancaroba atau peralihan dari satu musim ke musim lainnya.

BACA JUGA:5 Daerah Terdingin di Jawa Tengah, Ada yang Suhunya Mencapai Minus 0 Derajat Celcius

Kepala BMKG Staklim Pesawaran, Indra Purna, mengungkapkan bahwa pemanasan udara yang kuat di siang hari menjadi salah satu pemicu terjadinya fenomena ini. 
"Jadi, peristiwa tersebut biasanya diawali oleh pemanasan udara yang cukup intens atau terik, yang biasa terjadi pada fase pancaroba atau peralihan. Kemudian, terjadi perubahan cuaca yang signifikan, ada hembusan angin disertai massa udara dingin," ujar Indra pada Rabu (30/10/2024). 

Ia menambahkan bahwa proses terbentuknya hujan es ini didahului oleh pembentukan awan cumulonimbus, yang dikenal sebagai awan konvektif yang berisi butiran-butiran es. 
Awan ini terbentuk ketika udara yang panas dan lembap naik ke atmosfer, mengalami pendinginan di ketinggian, dan akhirnya berubah menjadi kristal es. 
Ketika kristal es ini tidak mampu bertahan di atmosfer, mereka jatuh ke permukaan dalam bentuk hujan es. 
Fenomena ini seringkali disertai angin kencang, bahkan pada beberapa kasus dapat menimbulkan angin puting beliung.

BACA JUGA:Prakiraan Cuaca November 2024, Wilayah Ini Berpotensi Hujan Lebat Disertai Petir dan Angin Kencang

Menurut Indra, hujan es umumnya lebih sering terjadi di wilayah dataran tinggi, di mana proses konveksi lebih mudah terjadi karena suhu yang relatif rendah di ketinggian. 

Sementara itu, di wilayah dataran rendah, fenomena yang lebih umum terjadi adalah angin kencang. "Biasanya ini terjadi di dataran tinggi. Sementara dataran rendah yang perlu diwaspadai sekarang ini akan mengalami panas terik dan perubahan fase cuaca yang signifikan. Di dataran rendah juga dapat terjadi angin puting beliung dan angin kencang," jelasnya.

Indra mengimbau masyarakat, khususnya di wilayah Lampung dan sekitarnya, untuk selalu waspada terhadap perubahan cuaca yang ekstrem. 
Menurutnya, kondisi cuaca yang tidak menentu ini diperkirakan akan berlangsung hingga awal bulan November, saat sebagian besar wilayah di Lampung mulai memasuki musim penghujan. 

BACA JUGA:Tidak Hanya Cuaca Panas Melanda Jambi, Indeks Kualitas Udara Sentuh Angka 154

Peralihan dari musim kemarau ke musim hujan ini sering kali ditandai dengan cuaca yang berubah-ubah secara tiba-tiba, yang bisa menjadi indikator awal dari datangnya hujan es atau angin puting beliung.
Ia juga menyarankan agar masyarakat lebih berhati-hati jika melihat tanda-tanda perubahan cuaca yang drastis, seperti cuaca panas terik di siang hari yang mendadak berubah menjadi angin kencang disertai udara sejuk pada sore hari. 

"Sampai awal bulan November kita prediksi untuk sebagian besar wilayah Lampung sudah masuk ke fase musim perubahan dari kemarau ke penghujan. Kepada masyarakat tetap waspada apabila terjadi perubahan cuaca yang signifikan seperti pada siang hari panas terik tiba-tiba pada sore harinya terjadi angin kencang disertai udara yang sejuk, biasanya itu adalah tanda awal akan terjadinya hujan es atau puting beliung," tutupnya.

BACA JUGA:Wilayah Sumsel Dilanda Cuaca Panas, Apa Penyebabnya?

Dengan adanya peringatan ini, masyarakat diharapkan untuk tetap memperhatikan kondisi cuaca sekitar dan mempersiapkan diri terhadap kemungkinan cuaca ekstrem yang bisa berdampak pada aktivitas sehari-hari serta keamanan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: