7 Dongeng Pendek Sebelum Tidur, Penuh Makna dan Manfaat Buat Si Kecil
Kumpulan Dongeng Sebelum Tidur--
BACA JUGA:BMKG Prediksi Cuaca Kota Medan Satu Pekan ke Depan, Ada Hujan Petir
3. "Sopan Santun Kepada Kakek dan Nenek"
Anak-anak biasanya mencontoh perilaku orang tuanya. Sopan santun harus diajarkan sejak anak masih kecil, termasuk sikap kepada Kakek dan Nenek. Hal ini menjadi salah satu tanggung jawab dari orang tua.
Mashobiha sangat senang diajak berlibur ke tempat Kakek dan Nenek di kampung. Ia membayangkan bisa jalan-jalan dan bermain di sawah sepuasnya. Di sepanjang perjalanan, Mashobiha bertanya kepada ibunya, "Ibu, kita itu harus menghormati Kakek dan Nenek, ya?"
"Iya, betul, Sayang," jawab Ibu.
"Mengapa sih, perlu menghormati?" tanyanya lagi.
"Kita perlu menghormati Kakek dan Nenek karena mereka adalah sesepuh dan orang tua dari Ibu. Keduanya berperan sangat penting dalam mendidik ibu selama ini. Jadi, kamu harus bersikap sopan dan menunjukkan rasa hormat. Misalnya dalam mengambil makanan, maka kita mempersilahkan Kakek dan Nenek untuk mengambil terlebih dahulu. Termasuk tidak boleh berbicara kasar atau keras kepada Kakek dan Nenek.
Selanjutnya, saat berhadapan dengan Kakek dan Nenek, kamu harus berlatih ekstra sabar. Bisa saja Kakek dan Nenek akan berubah dan bersikap seperti anak kecil. Dalam konteks tertentu terkadang juga menjadi mudah tersinggung," jelas Ibu.
"Oh ... begitu ya, Bu. Baik Bu, terima kasih banyak penjelasannya," ucap Mashobiha sambil manggut-manggut tanda mengerti. "Iya, Nak, sama-sama," kata Ibu sambil mengusap kepala Mashobiha.
BACA JUGA:Prediksi Cuaca Sepekan untuk Wilayah Sumatera Selatan, Waspada Potensi Hujan
4. "Selalu Menjaga Sopan Santun dalam Pergaulan"
Hai, namaku Kenzie, usiaku sembilan tahun. Kata teman-teman, aku adalah anak yang santun. Aku juga sangat rajin berkunjung ke perpustakaan sekolah. Aku sering meminjam buku untuk dibawa pulang.
"Hai teman-teman semua, apa kabar? Sedang baca apa kalian?" tanyaku ketika masuk ke ruang perpustakaan sekolah. Teman-teman sontak melihat ke arahku. Mereka kelihatan bingung dan memikirkan sesuatu. Mungkin karena ada tugas kelompok dari Ibu Guru tadi pagi.
"Mohon maaf, saya terlambat datang ya," ucapku.
Aku selalu mengedepankan etika dalam bergaul dengan teman-teman sekolahku. Sopan santun selalu kujaga dengan mengedepankan perilaku dalam berbahasa maupun perbuatan. Tak heran jika aku memiliki banyak teman. Apabila salah, tak segan aku untuk meminta maaf. Jika dikasih, aku selalu mengucapkan terima kasih. Begitu pula jika aku menyuruh, pasti aku selalu menggunakan kata tolong.
Pernah suatu hari aku membawa bekal makanan untuk berbagi dengan teman sekelas. "Teman-teman, ini saya bawa bekal untuk kita makan bersama, ya," ucapku dari depan kelas. "Wah ... enak sekali Kenzie, aromanya membuatku lapar," jawab salah satu temannya.
"Terima kasih Kenzie!" seru teman-temannya bersahut-sahutan. Kenzie hari itu membawa bekal makanan ke sekolah dalam jumlah porsi besar, lengkap dengan lauk, sayur, dan buah. Ibuku memang hebat dan luar biasa karena selalu mengajarkan sopan santun dalam pergaulan.
BACA JUGA:Libur Tahun Baru, Polres Kepahiang Siapkan Pos Pantau di Jalur Gunung
5. "Memberikan Bantuan kepada Teman Difabel"
Anak difabel berarti menggambarkan kondisi keterbatasan dalam melakukan aktivitas. Hal ini karena ketidakmampuan yang mereka miliki. Artinya, anak difabel memiliki kemampuan yang berbeda jika dibandingkan dengan anak yang sehat.
Dampaknya, kesulitan untuk memenuhi peran normal di rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Nina, tetanggaku, termasuk penyandang difabel. Ia mengalami disabilitas fisik, yaitu lumpuh otak (cerebral palsy). Perkembangan otaknya tidak normal sebelum lahir.
Aku dan teman-teman selalu membantunya ketika kami bersama. Etika berinteraksi selalu kami utamakan. Kami menghargai perbedaan. Sekalipun Nina termasuk difabel, aku yakin ia juga ingin setara dengan kami yang terlahir dalam kondisi normal. Aku memperlakukannya dengan setara. Aku yakin bahwa Nina pasti juga ingin bahagia dan memiliki teman.
Jadi, kami tidak malu mendekati dan mengajaknya bermain. Ternyata memang Nina itu anak yang tangguh, mandiri, dan kuat. Meskipun dengan keterbatasan yang dimiliki, ia tetap berjuang dalam melakukan aktivitas. Aku dan teman-teman selalu berprinsip kalau Nina itu tidak berbeda dengan kami. Justru kami selalu menunjukkan sikap untuk saling menghargai dan tidak pernah menyinggung kekurangannya.
Aku selalu merangkul Nina, berusaha memahami ketika berinteraksi dengannya. Aku sadar bahwa Nina juga layak mendapatkan hak yang sama seperti kami yang tumbuh normal.
BACA JUGA:KPU Kota Tunggu Surat MK, Penetapan Dedy-Roni Diprediksi Januari
6. "Burung Gagak Tidak Boleh Dimakan"
Seperti biasa, Azkadina dan ibunya mengikuti kajian di masjid. Saat di mobil ketika perjalanan pulang, Azkadina bertanya kepada ibunya.
"Ibu, tadi kata Pak Ustaz, kita tidak boleh memakan burung gagak," celetuk Azkadina.
"Iya, betul. Pinter kamu, Sayang," puji Ibu.
Azkadina tersenyum sambil melihat ke arah ibunya yang sedang menyetir. Refleks ibunya mengelus kepala anaknya yang tertutup jilbab mungil berwarna merah muda.
"Apa ada sesuatu yang ingin ditanyakan kepada Ibu?" tanya Ibu.
"Iya, kira-kira apa ya penyebabnya, Bu?" tanya Azkadina.
"Jadi gini Nak, makan burung gagak itu hukumnya haram dan jelas melanggar syariat. Alasannya karena burung gagak merupakan salah satu hewan yang diharamkan dalam syariat Islam. Burung gagak termasuk binatang buas dan berkuku tajam. Bahkan kita diperintahkan untuk membunuhnya, makanya haram dimakan," jawab Ibu.
"Selain itu, burung gagak juga pemakan bangkai. Padahal kita tahu bahwa bangkai itu adalah najis, sehingga burung gagak tidak boleh dimakan. Hal ini sebagaimana H.R. Bukhari Muslim bahwa lima hewan fasik (pengganggu) yang hendaknya dibunuh walaupun di tanah haram, yaitu tikus, kalajengking, burung elang, burung gagak, dan anjing galak," jelas Ibu.
"Wah, lengkap sekali penjelasannya. Bahkan sampai hadisnya Ibu juga hafal. Iya, sekarang aku jadi lebih paham, Bu," ujar Azkadina.
"Iya, alhamdulillah Nak," jawab Ibu. "Terima kasih sekali ya, Bu," ucap Azkadina.
BACA JUGA:Geger Proyek Jalan Tol Bakal Disetop, Bagaimana Nasib Tol Bengkulu?
7. "Rapat Tikus"
Ada sebuah rumput ilalang, di mana arah mata angin di situlah dia dan lubang tikus ini ada di bawahnya. Panglima Tikus keluar dari lubang dilihatnya ilalang itu ada yang bergerak, ia pun ketakutan dan mengadu kepada Raja Tikus.
"Wahai baginda raja, di luar ada ilalang yang bergerak-gerak, aku takut keluar dan tidak bisa memberi makan anak-anakku,"
Raja Tikus berkata,"Itu angin yang membawanya."
"Tapi aku ada masalah lain lagi," kata Panglima Tikus. "Aku sangat takut pada kucing, sudah berapa banyak anakku dimakannya. Bagaimana caranya agar kucing ini bisa kita tangani?"
Lalu Raja Tikus memanggil dan mengumpulkan rakyat tikus untuk mengadakan rapat besar. Raja bertanya bagaimana caranya agar kucing tidak bisa memakan tikus lagi.
Setelah rapat besar diadakan, muncul satu keputusan, "Bagaimana jika kita pasang kerincing yang bunyi-bunyi di leher kucing. Jadi, jika itu dipasang apabila dia bergerak pasti akan terdengar dan kita bisa pergi, kita juga tau kapan dia datang."
Semuanya pun setuju, kerincing yang dapat berbunyi-bunyi sudah dibuat, namun tidak ada satupun yang berani memasang kerincing ke leher kucing. Sehingga sampai sekarang kucing pun masih mengejar dan sering bisa menangkap tikus.
BACA JUGA:BMKG Prediksi Cuaca Kota Medan Satu Pekan ke Depan, Ada Hujan Petir
Manfaat Membacakan Cerita Dongeng Sebelum Tidur kepada Anak
Sementara itu, ada beberapa manfaat yang didapatkan dengan membacakan cerita sebelum tidur kepada anak, yakni:
1. Memperbanyak kosakata anak
Mengutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), manfaat menerapkan kebiasaan ini sebelum anak tidur adalah menambah perbendaharaan kata anak.
Bila orangtua membiasakan diri membacakan buku secara berulang, kosakata dalam dongeng akan terserap dalam memori anak.
Secara perlahan, anak akan belajar untuk memahami kata dan kalimat yang ayah dan ibu ceritakan dalam buku.
Semakin banyak kata yang anak dengar saat orangtuanya mendongeng, semakin baik pula kemampuan bahasa mereka kelak.
Semakin ia bertambah usia, anak akan semakin lancar untuk berbicara dan berbahasa dan terhindari dari kondisi terlambat bicara.
Pasalnya, otaknya akan terus dirangsang untuk memperkaya kata dan gaya bahasa yang berbeda-beda.
BACA JUGA:Curah Hujan Tinggi, Akses Jalan Menuju Desa Padang Capo Rusak Parah
2. Mempererat hubungan anak dan orang tua
Meluangkan waktu untuk membaca dongeng sebelum tidur bisa jadi salah satu cara efektif dan punya manfaat untuk menghabiskan waktu bersama anak. Bahkan, aktivitas satu ini juga bisa membantu mempererat ikatan batin orangtua dan anak.
Alasannya, ketika membacakan dongeng, proses komunikasi yang interaktif antara orangtua dan anak biasanya akan terjalin.
Pola komunikasi interaktif ini tetap terjalin walau anak masih bayi. Tanpa Anda sadari, hal tersebut memunculkan kehangatan antara kedua belah pihak.
Hal tersebut tergambar dalam penelitian terbitan Journal Of Developmental & Behavioral Pediatrics.
Penelitian tersebut menemukan bahwa membacakan dongeng atau buku cerita pada bayi di NICU, meningkatkan kedekatan antara orangtua dan bayi.
Bahkan, kegiatan ini juga meningkatkan kesehatan bayi dalam hitungan hari dan minggu awal kehidupannya setelah lahir.
BACA JUGA:Satu Bulan TPG PPPK Triwulan IV di Bengkulu Utara Dibayar Tahun 2025, Ini Penyebabnya
3. Membantu anak mengenal emosi
Manfaat membacakan dongeng untuk anak adalah membantu mengenal dan menambah perkembangan bahasa lewat cerita yang ia dengar.
Saat mendengarkan cerita, anak akan memperhatikan dengan seksama cara menyampaikan emosi setiap tokoh.
Anda bisa menggambarkan emosi bahagia, marah, atau takut dengan ekspresi wajah, intonasi, bahkan irama yang berbeda.
Ambil contoh, saat membacakan dongeng tentang bawang merah yang jahat dan bawang putih yang baik.
Saat membacakan dongeng sebagai bawang merah, Anda akan memberi ekspresi wajah merengut, intonasi agak tinggi, dan angkuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: