Punya Gejala Mirip Covid-19, Apakah Virus HMPV Sudah Ada di Indonesia?
Virus HMPV --
BACA JUGA:Loker Astra Honda Motor Buka hingga 31 Januari 2025, Ini Persyaratannya
Kenapa HMPV Jadi Sorotan Lagi?
Pemberitaan mengenai virus ini mencuat setelah dilaporkan adanya peningkatan kasus HMPV di Tiongkok utara, terutama di kalangan anak-anak.
Meskipun demikian, otoritas kesehatan setempat menegaskan bahwa situasi tersebut tidak mencapai skala yang mengkhawatirkan.
Menurut Dr. Jacqueline Stephens, dosen kesehatan masyarakat dari Flinders University di Australia, lonjakan perhatian terhadap HMPV sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya kemampuan teknologi untuk mendeteksi virus ini.
"Teknologi yang lebih canggih membantu kita mendeteksi HMPV dengan lebih baik dibandingkan sebelumnya," katanya.
BACA JUGA:Catat, Ini Syarat yang Dibutuhkan untuk Mengurus Surat Keterangan Bebas Narkoba
Seberapa Seriuskah HMPV?
Secara umum, HMPV tidak digolongkan sebagai penyakit berbahaya. Gejalanya mirip flu biasa, seperti pilek, batuk, demam, atau nyeri tenggorokan. Sebagian besar orang akan sembuh dalam beberapa hari dengan istirahat yang cukup dan konsumsi makanan sehat.
Namun, kelompok tertentu seperti anak kecil, lansia, dan mereka dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah lebih berisiko mengalami komplikasi serius. Infeksi yang parah bisa memicu bronkitis atau pneumonia.
Menurut Prof. Paul Griffin, pakar penyakit menular di Mater Health Services, Brisbane, belum ada vaksin atau antivirus khusus untuk menangani HMPV. "Meski demikian, masyarakat perlu waspada. Edukasi adalah kunci untuk mencegah penyebaran virus ini," tegasnya.
BACA JUGA:Lengkap, Ini Syarat dan Cara Pembuatan SKCK Secara Online dan Offline
Apa Perbedaannya dengan COVID-19?
HMPV berbeda dengan COVID-19. Jika COVID-19 adalah virus baru yang memicu pandemi global karena manusia belum memiliki kekebalan terhadapnya, HMPV sudah ada sejak lama dan manusia memiliki tingkat kekebalan tertentu terhadap virus ini.
"HMPV tidak akan menyebabkan pandemi seperti COVID-19. Namun, peningkatan kasus yang terjadi tetap menjadi perhatian karena dampaknya, terutama pada populasi yang rentan," ujar Griffin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: