Iklan RBTV

Misteri Meninggalnya 20 Arkeolog Karena Kutukan Makam Tutankhamun

Misteri Meninggalnya 20 Arkeolog Karena Kutukan Makam Tutankhamun

Kutukan Makam Tutankhamun--

NASIONAL, RBTVDISWAY.IDKutukan Firaun adalah kepercayaan populer yang menyatakan bahwa siapa pun yang mengganggu makam Firaun Mesir kuno akan terkena nasib buruk, penyakit, atau kematian.

Bahkan, sampai saat ini hal tersebut masih saja menjadi perbincangan dan tak sedikit pula yang mempercayainya.

BACA JUGA:Benarkah 15 Peneliti Meninggal Terkena Kutukan Makam Raja Polandia

Para peneliti akhirnya memberikan penjelasan ilmiah atas misteri yang selama ini dikenal sebagai "kutukan Firaun", fenomena yang dikaitkan dengan kematian sekitar 20 orang setelah makam Raja Tutankhamun ini dibuka pada tahun 1922.

Kisah kutukan ini mulai mencuri perhatian dunia ketika arkeolog Inggris, Howard Carter, menemukan makam Tutankhamun di Lembah Para Raja, dekat Luxor, Mesir.

Penemuan itu dianggap sebagai salah satu temuan arkeologi terbesar karena isinya masih terjaga hampir utuh.

Namun, sejak awal proses pembukaan makam, berbagai kejadian janggal menimbulkan desas-desus. Pada hari Carter membuka pintu makam, burung kenarinya tewas dimangsa ular. 

Peristiwa itu juga dianggap sebagian pekerja Mesir sebagai sebuah tanda peringatan dari arwah sang Firaun, ini dikaitkan dengan tanda dari Firaun agar makamnya tidak diganggu.

BACA JUGA:Polda Bengkulu Tangkap Pria Asal Bandung Penyebar Konten Porno, Ratusan Video Disebar Via Medsos

Tak sebatas itu, rumor pun kian menguat setelah Lord Carnarvon, penyandang dana utama penggalian, meninggal pada 5 April 1923. Ia mengalami demam tinggi disertai batuk parah, yang diduga akibat infeksi paru-paru. 

Karena ia sempat hadir saat makam dibuka, kematiannya segera dikaitkan dengan "kutukan". Sejak itu, tercatat sekitar 9 hingga 20 orang yang meninggal dalam berbagai kondisi, mulai dari kecelakaan, kebakaran, hingga sakit yang semuanya dihubungkan dengan kutukan.

Meski begitu, kajian medis modern memberi perspektif berbeda. Pada 2003, dua dokter menulis di The Lancet bahwa jamur Aspergillus mungkin berperan dalam meninggalnya beberapa orang ini. 

Jamur ini dapat menimbulkan gangguan pernapasan, terutama bagi mereka yang sistem imunnya lemah. 

BACA JUGA:5 Kabupaten Dipersiapkan untuk Peluang Investasi, Ekonomi Bengkulu Siap Tancap Gas

Penelitian lain dari Harvard pada 2013 juga menemukan bercak cokelat di dinding makam yang kemungkinan berasal dari mikroba, meski analisis menunjukkan organisme tersebut sudah tidak aktif dan tidak berbahaya bagi pengunjung.

Kini, para arkeolog lebih berhati-hati. Mereka mengenakan masker, sarung tangan, hingga pakaian pelindung sekali pakai saat memasuki situs-situs kuno.

Kenneth Feder, profesor arkeologi dari Central Connecticut State University, menekankan bahwa setiap penggalian bisa saja menyimpan risiko biologis. 

Debu, spora jamur, atau mikroba yang lama terperangkap bisa ikut terhirup oleh peneliti. Menurut Feder, hal tersebut cukup untuk menjelaskan mengapa mitos "kutukan" bisa muncul dari kejadian nyata yang dialami sebagian orang setelah berinteraksi dengan makam kuno tersebut.

BACA JUGA:Aspirasi Pudi Hartono Terakomodir, Pemkot Bengkulu Bedah 6 Rumah Warga di Kecamatan Selebar dan Kampung Melayu

Putri Nurhidayati

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: