BACA JUGA:Saat Badai, Atap Rumah Abu Nawas Bertasbih kepada Sang Kuasa
Dia dan suaminya termasuk yang pertama meninggalkan Mekah menuju Madinah ketika dia dipaksa untuk menanggung perpisahan dari suaminya dan penculikan putranya. Saat kematian suaminya, dia berdoa kepada Allah:
“Ya Tuhan, berilah aku pahala atas musibahku dan berilah aku sesuatu yang lebih baik dari itu sebagai balasannya, yang hanya dapat diberikan oleh-Mu, Yang Maha Agung dan Maha Perkasa.”
Pernikahan dengan Nabi Allah menjawab doa itu. Ummu Salamah meriwayatkan lebih dari 300 hadits, banyak diantaranya tentang wanita.
Dia menemani Nabi SAW dalam banyak ekspedisinya dan menikah dengannya selama tujuh tahun sampai kematiannya. Ummu Salamah hidup lebih lama dari semua istri lainnya dan meninggal pada usia delapan puluh empat tahun.
Juwayriyah binti al-Haarith (b.608 – d.673 M)
Juwayriyah menjadi perhatian Nabi ketika dia ditangkap dalam pertempuran melawan suku Bani Mustaliq. Dia adalah putri berusia 20 tahun dari kepala Bani Mustaliq dan pernikahannya membawa keselarasan antara sukunya dan Muslim.
Ketika Nabi Muhammad SAW menikah dengan Juwayriyah, hal itu memungkinkan suku tersebut untuk masuk Islam dengan terhormat dengan menghilangkan penghinaan dari kekalahan mereka.
Segera setelah pernikahan diumumkan, semua rampasan perang yang telah diambil dari Bani Mustaliq dikembalikan, dan semua tawanan dibebaskan.