Kisah banjir besar ini melahirkan legenda epik Gilgamesh dalam kebudayaan Mesopotamia selain juga kisah Nabi Nuh yang dipercayai Islam, Kristen dan Yahudi.
BACA JUGA:Awal Bulan Sudah Kehabisan Modal? Coba Aplikasi Penghasil Uang ShareParty, Bisa Dapat DANA Rp50 Ribu
Dalam teori tahun 2000 oleh 2 ahli biologi kelautan, William Ryan dan Walter Pitman lewat buku Noah's Flood, banjir Nabi Nuh diduga terjadi di akhir Zaman Es.
Menurut penghitungan NASA, jika semua gletser dan lapisan es dunia mencair hanya menambah sedikit ketinggian banjir. Diperkirakan permukaan laut akan naik lebih dari 195 kaki atau 60 meter.
Kemudian, sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience memperkirakan bahwa ada 5,4 juta mil kubik atau 22,6 juta kilometer kubik air tanah yang tersimpan di 2 km bagian atas kerak bumi.
BACA JUGA:Kembangkan Potensi Kopi, Kepahiang jadi Pilot Project Desa Devisa
Jumlah air ini jika tersembur keluar cukup untuk menutupi tanah hingga kedalaman 590 kaki atau 180 meter. Tentu ini genangan banjir yang luar biasa, namun para peneliti masih penasaran karena ketinggian 180 meter belum bisa menutupi semua daratan.
Masih ada kota-kota yang terletak di ketinggian ribuan kaki di atas permukaan laut, dan Gunung Everest, gunung tertinggi di Bumi, tingginya lebih dari 8.849 meter di atas permukaan laut.
“Jika melihat sebagai banjir global yang sampai menutupi gunung tertinggi di dunia, rasanya tidak ada cukup air yang ada di Bumi,” kata David Montgomery, profesor geomorfologi di University of Washington di Seattle.