“Dampak El Nino di Indonesia umumnya terasa kuat pada musim kemarau yaitu pada bulan-bulan Juli-Agustus-September-Oktober."
El Nino memang sudah tergolong moderat meski dampaknya tidak signifikan. Ini terlihat dari beberapa indeks yang menunjukkan kualitas El Nino; Southern Oncillation Index (SOI) mencapai -9.5, Indeks NINO 3.4 mencapai +1.27.
2. Kemarau
Periode puncak El Nino 2023 itu banyak beririsan dengan puncak musim kemarau.
BMKG sempat memprediksi puncak musim kemarau 2023 di sebagian besar wilayah terjadi pada Juli dan Agustus 2023 dengan 507 zona musim (ZOM) atau 72,53 persen RI mengalaminya.
“Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan kewaspadaan pada bulan-bulan tersebut. Terlebih lagi, ada banyak wilayah di Indonesia yang akan memasuki puncak musim kemarau pada bulan-bulan tersebut," kata pernyataan lembaga.
BACA JUGA:11 Fakta Kapal Nabi Nuh, Kapal Anti Topan Pertama di Dunia
3. Ekuinoks
Faktor 'pengering' lainnya adalah posisi Matahari yang akan berada di sekitar ekuator atau khatulistiwa jelang akhir tahun. Puncaknya berupa fenomena ekuinoks.
“Pada saat yang bersamaan, bulan September-Oktober juga Matahari secara siklusnya akan kembali berada di sekitar ekuator, pada periode tersebut radiasi matahari yang diterima oleh Indonesia akan maksimum," lanjut Urip.
“Maka tidak heran nanti pada bulan Oktober kita akan mendapatkan laporan suhu udara panas," ujar dia.
Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), ekuinoks merupakan fenomena ketika Matahari melintasi ekuator atau garis khatulistiwa. Efeknya, durasi siang dan malam di belahan Bumi selatan dan utara seimbang.