BRIN menyebut ekuinoks terjadi pada 23 September pukul 08.30 WIB/09.30 WITA/10.30 WIT. Saat fenomena ini terjadi, jarak Matahari-Bumi mencapai 150.147.520 km.
Lawannya adalah solstis (solstice), yakni fenomena ketika Matahari melintasi garis balik utara maupun selatan.
Kedua fenomena itu disebabkan oleh Bumi yang berotasi secara miring terhadap ekliptika sekaligus mengorbit Matahari. Dampaknya di antaranya adalah pergantian musim di negara-negara subtropis dan lintang tinggi.
Hujan Turun di Beberapa Wilayah
Bagian Lain BMKG memperkirakan hujan di tanah air akan berada di kisaran rendah hingga menengah pada September hingga November 2023 di beberapa wilayah.
BACA JUGA:Fakta Tentang Kapal Nabi Nuh Berdasarkan Penjelasan Al Quran
Data terbaru BMKG, El Nino kini sudah mencapai level moderat, dengan Southern Oscillation Index (SOI) mencapai -9,5, dan Indeks NINO 3.4 +1.27.
BMKG menyebut dampak El Nino di Indonesia umumnya terasa kuat pada musim kemarau di Juli-Agustus-September-Oktober 2023.
“Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan kewaspadaan pada bulan-bulan tersebut. Terlebih lagi, ada banyak wilayah di Indonesia yang akan memasuki puncak musim kemarau pada bulan-bulan tersebut," menurut keterangan BMKG.
Meski begitu, BMKG menyebut hujan akan berangsur turun seiring dengan siklus El Nino.
Berikut kronologi hujan per bulannya menurut BMKG:
1. September