BENGKULU, RBTV.COM - Pantai Barat Sumatera merupakan salah satu aktivitas perdagangan sejak abad XVI Masehi dan banyak didatangi oleh bangsa-bangsa Barat
Inggris dan Belanda menunjukkan persaingan yang hebat di Pesisir Barat Sumatera untuk menguasai jalur perdagangan internasional.
BACA JUGA:Masakan Rahasia Kesukaan Ibu Fatmawati Soekarno, Ini Daftarnya
Bangsa lainnya adalah Prancis yang untuk pertama kalinya datang ke Pesisir Barat Sumatera, termasuk Bengkulu pada pada 1529.
Prancis sempat menguasai Pesisir Barat Sumatera Abad XVIII, tepatnya 1760-1763. Persaingan bangsa-bangsa Eropa di Pesisir Barat Sumatera, akhirnya memunculkan Inggris dan Belanda sebagai penguasa di salah satu pusat aktivitas perdagangan itu.
BACA JUGA:Menteri PPPA RI Kenang Jasa Ibu Negara Sang Penjahit Bendera Pusaka Merah Putih Fatmawati
Belanda membangun pusat perdagangannya di Padang dan Inggris membangun pusat perdagangannya di Bengkulu (Asnan, 2012).
Sejak 1825, Bengkulu secara resmi diserahkan Inggris kepada Kerajaan Belanda sehingga sejak saat itu menjadi wilayah kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda berdasarkan Traktat London tahun 1824 (Ranni, 1993; Siddik, 1996).
BACA JUGA:Mesin Jahit Paling Bersejarah, Dipakai Fatmawati Jahit Bendera Merah Putih
BENGKULU DALAM KEWENANGAN EIC
Pelayaran dan perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang Eropa telah mendorong merekas ampai ke dunia timur, dunia yang menjadi penghasil rempah-rempah.
Di antara bangsa Eropa yang pernah melakukan perdagangan dan juga aktivitas politik adalah bangsa Inggris yang pertama kali singgah di Bengkulu pada 1647.
BACA JUGA:Mesin Jahit Paling Bersejarah, Dipakai Fatmawati Jahit Bendera Merah Putih
British East India Company (EIC) sejak 1685 mendirikan pusat perdagangan lada.
Bencoolen/Coolen yang berasal dari bahasa Inggris Cut Land yang berarti tanah patah wilayah ini adalah wilayah patahan gempa bumi yang paling aktif di dunia dan kemudian gudang penyimpanan di tempat yang sekarang menjadi Kota Bengkulu.