Bengkulu Ditukar dengan Singapura

Senin 02-01-2023,09:38 WIB
Reporter : Oleh: H. Rolly Gunawan
Editor : Septi Fitriani

BACA JUGA:BLT Balita Segera Cair, Cek Keluarga dan 6 Kategori Lain yang Menerima Rp 3 Juta

Pada 10 Mei 1760, Comte d’Estaing memimpin pasukanya menyerang Benteng Anna milik Inggris di Muko-Muko yang pada saat itu dijaga oleh satu garnisun berkekuatan empat puluh orang. 

Serangan d’Estaing tersebut sebagai titik awal kekuasaan Prancis di Bengkulu yang  berlangsung hingga 1763. Akhir kekuasaan Prancis di Bengkulu tidak dapat dilepaskan dari kondisi politik di Eropa. 

BACA JUGA:Punya Anak 0-6 Tahun, Daftar BLT Balita Dapat Rp 3 Juta, Ini Caranya

Negara-negara yang terlibat dalam Perang Tujuh Tahun mengakhiri peperangan itu dengan menandatangani empat perjanjian, salah satunya Perjanjian Paris yang ditandatangani oleh tiga negara yaitu Inggris, Prancis, dan Spanyol pada 10 Februari 1763.

Lewat perjanjian ini, Prancis menyerahkan semua jajahannya di India kepada  Inggris, termasuk daerah Keresidenan Bengkulu sebagai bagian dari pemerintahan EIC di Calcutta (Prancis Ganyang Inggris di Bengkulu).

BACA JUGA:Banyak Sampah Setelah Malam Tahun Baru, Pemulung Senang

Meskipun Perang Tujuh Tahun telah berakhir pada 1763, tetapi konflik Inggris dan Belanda dengan Prancis di Eropa tidak pernah berhenti secara permanen.

Pada Desember 1794 hingga Januari 1795, Kaisar Napoleon Bonaparte menyerang dan menguasai Kerajaan Belanda sehingga memaksa Raja Willem V menjalankan  pemerintahannya di Inggris.

BACA JUGA:Wabup Dioperasi karena Kembang Api, Gubernur: Ini Pelajaran Buat Kita

Setelah beberapa tahun menguasai Belanda, pada 1806, Kaisar Napoleon Bonaparte mengangkat Lodewijk Bonaparte sebagai Raja Belanda.

Dampak perubahan politik di Erropa berimbas ke Hindia  Belanda seiring dengan pengangkatan Herman Willem  Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda dari tahun 1808-1811.

BACA JUGA:Samsung dan iPhone? CATAT: 2023 Whatsapp Tidak Ada Lagi di Hp Ini

Tindakan Prancis tersebut menyulut peperangan dengan Inggris yang berimbas ke wilayah jajahan kedua negara.

Dalam hal ini, Hindia Belanda menjadi salah satu wilayah konflik  Inggris dan Belanda sampai akhirnya pada 1811, Inggris berhasil menguasai Jawa dari tahun 1811-1816 di bawah  kepemimpinan Sir Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur Jawa (Ricklefs, 2007).

BACA JUGA:Jalanan Padat Kendaran, Alasan Wisatawan Ini Bikin Senyum

Kategori :