LEBONG, RBTVCAMKOHA.COM - Tidak semua orang familiar dengan nama "Krilu" yang merupakan alat musik tradisional masyarakat Rejang.
BACA JUGA:Meriam Terbesar Kedua di Asia Ada di Bengkulu
Sebuah alat musik tiup, yang terbuat dari seruas bambu pilihan seukuran seruling pada umumnya.
Meskipun sepintas bentuknya mirip seperti seruling bambu, namun jika diperhatikan secara detail Krilu memiliki bentuk yang berbeda dari seruling.
BACA JUGA:Lampung dan Jambi Maaf Ya, Ini 7 Air Terjun Tertinggi di Sumatera, 2 dari Bengkulu
Jika seruling memiliki 7 lubang dan ditiup dari arah samping, tetapi Krilu tidak demikian.
Krilu hanya memiliki 5 lubang, dengan posisi yang berbeda - beda, yakni 3 lubang dibagian atas ruas bambu, dan 2 lubang terdapat dibagian bawah ruas bambu tersebut. Serta cara meniupnya melalui lubang bagian atas ruas bambu.
BACA JUGA:Ini Destinasi Wisata di Bengkulu, Ada Pantai, Benteng dan Danau
Dikedua sisi ruas bambu merupakan lubang terbuka, yang merupakan perbedaan mencolok dari seruling bambu pada umumnya.
Diceritakan Haludin seorang Budayawan dan Sejarawan Lebong melalui kanal YouTube Dedi Harsanto, alat musik Krilu memiliki sejarah dan asal-usul yang menarik.
BACA JUGA:Wisata ke Kaur? Jangan Lupa Mampir ke Sini
Alkisah, di desa Tunggang Kabupaten Lebong tepatnya di pinggir aliran sungai Ketahun, hiduplah seorang pemuda yang gagah dan tampan bernama Patai Juangin.
Setiap pagi, Patai Juangin ini mandi keramas dengan air jeruk di salah satu batu besar di sungai Ketahun Tersebut.
"Di sana sampai sekarang masih ada batu yang begitu lebar, tempat Patai Juangin mandi dan meletakkan mangkok, mangkok apa ya?... Kalau bilang kami Rejang tu Langia, langia apa ya?.... Mangkok air jeruk untuk mandi," kenang Haludin bercerita dengan logat khas Rejangnya.
BACA JUGA:Mau Liburan? Ini 5 Objek Wisata Kepahiang yang Bisa Kamu Kunjungi