Semua kriteria ini harus terpenuhi secara simultan untuk menandakan dimulainya bulan baru. Jika salah satu dari kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka bulan baru belum dianggap dimulai.
Namun, dengan menggunakan metode hisab hakiki, jika ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam, tidak perlu lagi mempertimbangkan keberadaan bulan saat matahari terbenam di atas ufuk.
Sebagai contoh, jika ijtimak terjadi sebelum matahari tenggelam, malam itu dan esok harinya sudah dapat dianggap sebagai awal bulan baru. Sebaliknya, jika ijtimak terjadi setelah matahari terbenam, malam itu dan esok harinya masih dianggap sebagai hari penggenap bulan sebelumnya, dan awal bulan baru akan dimulai pada malam berikutnya.
Dengan demikian, Muhammadiyah memanfaatkan metode hisab untuk memastikan penentuan awal bulan yang tepat dalam kalender Islam.
BACA JUGA:Ini Syarat Gadai SK PPPK di BRI dengan Tenor Pinjaman hingga 15 Tahun
Dengan pemahaman yang mendalam tentang beragam metode yang digunakan oleh Muhammadiyah, NU, dan Pemerintah dalam menentukan hari raya Idul Fitri, diharapkan umat Islam dapat menjalankan ibadah dengan keyakinan dan kepastian, serta merayakan momen yang sakral dengan kesadaran akan perbedaan pendekatan yang ada.
Demikianlah informasi tentang cara menentukan lebaran Idul Fitri versi Muhammadiya, NU dan Pemerintah. Semoga penjelasan diatas dapat menambah pemahaman Anda.
Selamat menyambut hari kemenangan hari Raya Idul Fitri.
Tianzi Agustin