Sering Diabaikan, Siapa yang Menetapkan 1 Minggu 7 Hari dan 1 Hari 24 Jam?

Jumat 31-05-2024,13:52 WIB
Reporter : Septi Widiyarti
Editor : Purnama Sakti

Orang-orang Yahudi misalnya, mengadopsi konsep tujuh hari dalam seminggu setelah menjadi tawanan Babilonia. Kekaisaran Persia dan Yunani juga mengikuti pola ini.

Berabad kemudian saat kebudayaan Yunani yang dipelopori oleh Alexander Agung, menyebar ke berbagai wilayah hingga India, konsep tujuh hari dalam seminggu pun ikut merambah.

Para ahli juga mengemukakan bahwa India kemungkinan memperkenalkan konsep ini ke wilayah China pada masa tertentu.

BACA JUGA:Mondar-mandir di Parkiran Kampus seolah Mahasiswa, Pencuri Gasak Motor Pak Dosen

Puncaknya, ketika bangsa Romawi mulai menaklukkan wilayah yang dipengaruhi Alexander Agung. Bangsa ini akhirnya turut menggunakan konsep tujuh hari dalam seminggu.

Kaisar Konstantinus bahkan menetapkan tujuh hari dalam seminggu adalah minggu resmi Romawi pada tahun 321 Masehi, dengan hari Minggu ditetapkan sebagai hari libur umum.

Pada abad ke-20 ada upaya mengubah struktur tersebut seperti usulan penambahan hari dalam seminggu atau penyesuaian lainnya. 

Namun, hal tersebut tak terwujud karena konsep tujuh hari dalam seminggu telah mengakar di berbagai wilayah.

Siapa Menetapkan 1 Hari 24 Jam?

Waktu, sebagai dimensi yang tak terelakkan dalam kehidupan manusia, telah memainkan peran sentral dalam peradaban sejak masa purba hingga era modern. 

Konsep waktu melibatkan sejumput perubahan yang berlangsung seiring berjalannya waktu, dan pemahaman akan hal ini telah membentuk landasan mendasar bagi manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya. 

Sejak zaman prasejarah, manusia telah mengembangkan cara untuk mengukur, merekam, dan mengatur waktu sebagai tanggapan terhadap siklus alam, fenomena astronomi, dan kebutuhan sosial.

Sejak zaman prasejarah, manusia telah memperoleh kesadaran akan perjalanan waktu melalui observasi alam dan siklus yang teratur. 

BACA JUGA:Bolehkah Wanita Hamil Melayat Orang Meninggal? Begini Hukumnya Menurut Islam

Pengamatan terhadap pergerakan matahari, bulan, dan bintang membantu manusia prasejarah membangun sistem pengukuran waktu primitif, yang menjadi fondasi bagi pengetahuan lebih lanjut tentang perjalanan waktu. 

Dari sederetan batu matahari hingga penemuan jam pasir kuno, setiap budaya telah memberikan kontribusi unik dalam pengembangan alat-alat untuk mengukur waktu, menciptakan dasar bagi peradaban-peradaban awal untuk mengorganisir kehidupan sehari-hari mereka.

Kategori :