NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Hampir 80 tahun beroperasi, kenapa Tupperware bangkrut? Ternyata ini penyebabnya.
Baru-baru ini kabar mengejutkan datang dari Tupperware, produsen wadah plastik yang telah menjadi ikon rumah tangga selama puluhan tahun. Tupperware dikabarkan sedang bersiap untuk mengajukan kebangkrutan paling cepat dalam pekan ini.
Dikutip dari Reuters, Tupperware berencana untuk mendapatkan perlindungan pengadilan setelah melanggar persyaratan utangnya dan meminta bantuan dari penasihat hukum dan keuangan.
BACA JUGA:Tukang Urut Keliling Ini Punya Profesi Sampingan hingga Akhirnya Dibekuk Polisi
Ada sejumlah fakta terungkap mengenai alasan di balik Tupperware bangkrut. Perusahaan yang didirikan oleh ahli kimia Earl Tupper 78 tahun lalu ini menghadapi tantangan serius dalam mempertahankan kelangsungan usahanya.
Saham perusahaan telah anjlok signifikan sejak tahun lalu dan telah kehilangan kapitalisasi pasar hingga 95% dalam tiga tahun terakhir.
Sejarah panjang Tupperware dimulai pada tahun 1946 ketika Earl Tupper memperkenalkan produk plastiknya kepada publik.
Inovasi segel kedap udara yang fleksibel menjadi ciri khas produk Tupperware yang membuat namanya melambung di rumah-rumah Amerika.
BACA JUGA:Belasan Tahanan Rutan Polres Serang Kabur, Baru 9 Napi yang Berhasil Ditangkap
Namun, setelah hampir 80 tahun beroperasi, Tupperware kini menghadapi kemungkinan gulung tikar yang mengejutkan banyak pihak.
Berikut ini fakta-fakta kebangkrutan produk Tupperware:
1. Penurunan Penjualan dan Permintaan
Tupperware mengalami penurunan penjualan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Melansir dari Fortune, penjualan Tupperware turun 18% menjadi sekitar US$ 1,3 miliar pada tahun 2022 dibandingkan tahun 2021. Penurunan permintaan ini terjadi setelah lonjakan singkat selama pandemi COVID-19.
Analis ritel dan direktur pelaksana Global Data Retail, Neil Saunders, mengatakan, "Tupperware mengalami penurunan tajam dari jumlah penjual, penurunan konsumen setelah pandemi, dan dinilai masih belum sepenuhnya terhubung dengan konsumen anak muda."