Kedua pengawal itu lalu menukar burung Abu Nawas dengan burung gereja, setelah itu diserahkan kepada Paduka Raja.
“Kurang ajar, Abu Nawas!” kata sang raja dengan nada penuh emosi.
Sang raja merasa terhina dengan perbuatan Abu Nawas. Burung nuri yang diharapkannya, tapi burung gereja yang dikirimkan.
Sang menteri yang dengki kepada Abu Nawas tersenyum puas melihat kinerja anak buahnya. “Kali ini engkau pasti akan kena hukuman wahai Abu Nawas,” ujarnya dalam hati.
Tanpa menunggu waktu yang lama, saat itu juga Baginda Raja mendatangi Abu Nawas. “Hai Abu Nawas, kalau kau keberatan menjual burung nuri kepadaku, aku tidak apa-apa tapi jangan kau kirim burung gereja ke istana. Itu suatu penghinaan buatku,” kecam Baginda dengan mata memerah menahan amarah.
Abu Nawas kaget mendengar perkataan Paduka Raja, padahal yang ia kirimkan adalah burung nuri, sesuai dengan keinginan sang raja.
BACA JUGA:Arti Tahi Lalat di 7 Tubuh Manusia Menurut Orang Tiongkok, Peluang Sukses Hingga Keberuntungan
Tapi Abu Nawas tidak mempunyai saksi untuk membuktikannya sedangkan kedua pengawal yang menghadangnya di istana adalah orang kepercayaan menteri yang dengki kepada dirinya.
Abu Nawas tidak kehilangan akal. “Begini Paduka yang mulia,” tutur Abu Nawas mencoba meredakan amarah Baginda.