Orang kaya sombong itu teman setan. Orang miskin sombong itu lebih teman lagi tuh. Sebab ini sudah kelewatan. Kalau orang kaya sombong barangkali ya, barangkali masih lumayan lah, orang kaya. Tapi kalau sudah miskin, sombong, minta ampun. Orang kaya yang sombong adalah musuh iblis. Sebab pada hakikatnya tidak ada yang kaya dalam kehidupan ini, kalau sudah bercermin pada apa sih yang kita punya.
Nabi Sulaiman karena merasa menguasai antara masyriq dan maghrib, satu hari pernah mohon izin kepada Allah, “Ya Allah, saya mohon izin kepada-Mu untuk memberikan makan kepada seluruh makhluk-makhluk-Mu sekedar satu hari saja.” “Baik.” Satu hari Nabi Sulaiman mau menjamin menanggung makannya semua makhluk. Karena merasa kaya. “Baik,” kata Allah. Lalu sibuklah Nabi Sulaiman mengadakan persiapan. Seluruh bala tentaranya, jin, binatang, dikumpulkan, mengumpulkan makanan yang sebanyak-banyaknya diatur di satu lapangan yang sangat luas. Sebab ini yang mau makan tentu tidak sedikit. Sudah selesai persiapan.
Kata Allah, “Sudah selesai, Sulaiman.” “Sudah, ya Allah.” Aku mulai dari makhluk-Ku yang paling di bawah, ikan. Ikan Nun dipanggil oleh Allah. “Rizkimu hari ini mau ditanggung Sulaiman. Naik, makan.” Naik ikan Nun. Sekali makan seluruh persiapan habis. Goleng kepala Nabi Sulaiman. Beliau sadar lalu sujud. “Maha Kaya Engkau, ya Allah.” Boro-boro nanggung makanan semua makhluk hidup sehari. Ikan satu ga keurusan. Ini baru sekali makan, bagaimana nambahnya? Jadi, apa sih yang kita anggap kaya ini?
Maka orang kaya yang sombong pada hakikatnya kacang yang lupa akan kulitnya. Tidak ada yang kita bawa pada saat kita terlahir ke alam ini. Sebagaimana juga tidak ada yang kita bawa pada saat kita meninggalkan alam ini. Harta kita akan pindah nama. Sebab itu yang perlu kita jaga pada hakikatnya tidak lain nilai-nilai iman sebab ini yang akan kita bawa.
Cuma ironinya, karena iman itu abstrak, bukan benda, orang yang kehilangan iman tidak pernah ribut. Sebaliknya karena harta itu materi, benda kongkrit, orang yang kehilangan harta, cepet merasa, cepet ribut. Motor hilang, ribut. Kenapa? Motor itu benda, kelihatan. Duit hilang, ribut. Televisi hilang, ribut. Kenapa? Benda. Tapi, kalau iman yang hilang, wah kelihatannya tenang-tenang saja, bah.
Padahal ini usaha iblis bagaimana orang kehilangan iman, menjadi kafir, masuk grup dia, untuk menemani dia di dalam neraka nanti. Dia gelincirkan iman kita dan kita sering tanpa terasa telah mengalami pergeseran nilai-nilai iman, kalau tidak tergusur sama sekali. Cuma saya katakan tadi, oleh karena iman ini bukan benda, orang yang kehilangan iman kurang begitu merasa.
Padahal ini yang paling berharga, sebab ini yang akan kita bawa menghadap Allah. Orang itu kalau sudah yakhruju minad dunya bi ghairi iman, keluar dari dunia, meninggalkan dunia dan seluruh isinya kembali menghadap Allah dengan tidak membawa iman, tempatnya jelas sudah. Itu yang paling kita khawatir. Pangkat jelas tidak kita bawa. Harta benda akan pindah nama jadi milik ahli waris kita. Tiba-tiba iman yang cuma satu itu tempat kita bergantung hilang juga dari diri kita, dengan apa kita mau menghadap Allah dan kemalangan apa yang lebih besar dari orang-orang yang telah kehilangan iman pada saat dia menghadap Allah Swt.?
Karena itu saudara-saudara, terutama yang diberikan amanah berupa harta oleh Allah dalam kehidupan ini, bersyukurlah kalau saudara diberikan kepercayaan oleh Allah untuk menyalurkan rizki kepada orang lain seperti keran yang nyimpen air tapi tidak untuk dirinya, disalurkan kepada yang memerlukannya. Rizki dia, cuma lewat tangan saya.