Iklan RBTV

Iran Kecolongan, Ternyata Israel Punya Pabrik Drone di Iran, Lalu Di Mana Israel Simpan Nuklirnya?

Iran Kecolongan, Ternyata Israel Punya Pabrik Drone di Iran, Lalu Di Mana Israel Simpan Nuklirnya?

Pasukan Iran gerebek pabrik drone milik Israel di Iran--

Israel memulainya dengan membentuk Korps Sains “Hemed Gimmel” di Tentara Pendudukan Israel (IOF) untuk melakukan survei geologi di Gurun Negev pada 1949. 

Mereka juga yang merekrut para sarjana fisika di Universitas Chicago yang belajar di bawah fisikawan Enrico Fermi. 

Pada 1953, Komisi Energi Atom Israel IAEC mulai menjalin kerjasama dengan Prancis, mulai kerjasama penelitian hingga pembangunan Reaktor Riset Nuklir Soreq di Palmachim dan Dimona di Negev.  

Namun, lanjut Cohen, Presiden Prancis Charles De Gaulle kemudian memberi syarat untuk kelanjutan kerjasamanya. 

Pertama, Prancis menuntut Israel tidak lagi merahasiakan Proyek Reaktor Dimona dan menyatakan reaktornya untuk tujuan damai. 

Kedua, Prancis menuntut Reaktor Dimona membuka diri untuk pemeriksaan oleh IAEA. 

BACA JUGA:Warga Israel Stres Berat Sejak Digempur Iran, Penderita Gangguan Jiwa Meningkat 350 Persen

“Sampai Israel memenuhi syarat-syarat itu, Prancis tidak akan memberi suplai uranium yang dibutuhkan untuk reaktornya. Terhadap syarat itu, Ben-Gurion minta pertemuan dengan De Gaulle yang diatur pada 14 dan 17 Juni 1960. Ben Gurion berjanji bahwa Israel tidak akan membangun senjata nuklir,” tulis Cohen.  

Kekhawatiran tentang program nuklir Israel juga sempat diutarakan Presiden Amerika John F. Kennedy kepada Ben-Gurion medio 1963. 

Terlebih para pengawas IAEA dan Atomic Energy Commission (AEC) hanya diperbolehkan menengok fasilitas Reaktor Dimona secara terbatas.  

“Kennedy makin sensitif terkait isu nuklir pasca-Krisis Misil Kuba pada Oktober 1962 dan ia mendesak pengawasan terhadap kompleks reaktor Israel. Apalagi, menurut laporan CIA, Uni Soviet bisa saja memanfaatkan isu nuklir Israel untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari negara-negara Arab dan dikhawatirkan akan membentuk sebuah aliansi Blok Arab melawan Barat,” ungkap Antonio Perra dalam Kennedy and the Middle East: The Cold War, Israel and Saudi Arabia. 

Ironisnya, dua tahun pasca-kematian Presiden Kennedy terjadi Apollo NUMEC Affair. Ratusan kilogram suplai uranium Amerika hilang. Ditengarai, suplai uranium itu dicuri dan kemudian dibawa ke Israel.  

“NUMEC (Nuclear and Material Equipment Corporation) di Apollo, Pennsylvania, sebelumnya dikepalai Zalman Shapiro, seorang pendukung zionis. Mereka punya kontrak dengan pemerintah Amerika untuk mengubah uranium yang sebelumnya untuk senjata bom agar dijadikan bahan bakar kapal selam bertenaga nuklir. Selama inspeksi pada 1964 dan 1965, AEC mengungkapkan bahwa uranium dalam jumlah besar yang diberikan kepada NUMEC untuk konversi bahan bakarnya tak pernah dikembalikan kepada pemerintah,” tulis Peter Pry dalam Israel’s Nuclear Arsenal. 

BACA JUGA:Sumpah Pasukan Iran untuk Israel, ‘Kami akan Buka Gerbang Neraka’

Data AEC menyatakan uranium yang hilang itu antara 91-272 kilogram. Baik FBI, CIA, maupun Komisi Regulator Nuklir NRC juga coba melacaknya. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait