Jangan Ditunda, Yuk Deteksi Dini Kanker Serviks, Begini Metodenya
Deteksi Dini Kanker Serviks --
NASIONAL, RBTVDISWAY.ID - Kanker serviks menempati posisi ke-2 sebagai jenis Kanker yang paling banyak dialami oleh perempuan di Indonesia.
Penyakit ini bisa menyerang pasien pada usia berapa pun. Semakin bertambah usia, risiko seseorang mengalami Kanker leher rahim ini pun menjadi semakin besar.
BACA JUGA:5 Komplotan Perampok Beraksi di Rejang Lebong dan Menyekap Pasutri
Pada perempuan, kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang paling mematikan, selain kanker payudara. Oleh karena itu, upaya deteksi dini kanker serviks penting dilakukan guna mencegah penyebaran sel-sel kanker.
Kanker serviks sendiri merupakan kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim atau serviks. Pada tahap atau stadium awal, kanker serviks sering kali tidak menunjukkan gejala, sehingga banyak wanita yang tidak menyadarinya.
Umumnya, gejala kanker serviks baru muncul ketika kanker ini sudah makin parah atau memasuki stadium lanjut.
Deteksi dini kanker serviks merupakan langkah penting untuk mencegah terjadinya kanker leher rahim pada wanita. Makin dini kanker serviks terdeteksi, makin cepat juga langkah penanganan yang dapat dilakukan sehingga peluang penderita kanker serviks dapat sembuh pun tinggi.
BACA JUGA:Ini Strategi BRI Pertahankan Kualitas Portofolio Lewat Penguatan Manajemen Risiko
Metode Deteksi Dini Kanker Serviks
Setiap wanita disarankan melakukan pemeriksaan awal untuk mendeteksi kemungkinan adanya sel kanker serviks meski tidak merasakan gejala apa pun.
Deteksi dini kanker serviks akan membantu dokter untuk memberikan penanganan sesegera mungkin, sehingga hasil pengobatan pun lebih baik.
Berikut ini adalah beberapa jenis pemeriksaan awal atau skrining untuk mendeteksi kanker serviks:
1. Pap smear
Pertama adalah pap smear, ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan sel dari leher rahim menggunakan alat khusus yang disebut spekulum. Melalui prosedur ini, dokter dapat mendeteksi ada tidaknya kelainan pada sel atau jaringan abnormal yang mengarah ke kanker serviks.
Wanita berusia 21–29 tahun dianjurkan untuk menjalani pap smear setidaknya 3 tahun sekali. Sementara itu, pada wanita berusia 30–64 tahun, pap smear bisa dilakukan setiap 5 tahun sekali. Metode deteksi dini kanker serviks ini biasanya dikombinasikan dengan pemeriksaan HPV.
Pap smear umumnya dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan atau kandungan. Prosedur ini biasanya berlangsung selama 10–20 menit. Jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan adanya pertumbuhan sel abnormal yang berpotensi kanker, pasien akan disarankan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan.
BACA JUGA:Zulkifli Hasan Dapat Tugas Baru dari Presiden Prabowo
2. Kolposkopi
Pemeriksaan kolposkopi bertujuan untuk memperkuat diagnosis kanker serviks dan mendeteksi keberadaan sel yang berisiko menjadi kanker atau cervical intraepithelial neoplasia (CIN).
Pemeriksaan ini dilakukan dengan alat yang disebut kolposkop untuk melihat kondisi leher rahim secara lebih detail.
Kolposkopi biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar 10–20 menit, mulai dari pemeriksaan menggunakan kolposkop hingga pengambilan sampel jaringan leher rahim.
Bila hasil pemeriksaan kolposkopi menunjukkan adanya pertumbuhan sel abnormal yang berpotensi kanker atau CIN, maka diperlukan penanganan lebih lanjut.
3. Pemeriksaan IVA
Kemudian ada jenis pemeriksaan IVA, ini merupakan metode deteksi dini kanker serviks yang dinilai terjangkau, mudah, murah, dan hasilnya bisa langsung didapatkan.
Prosedur ini dilakukan dengan membuka vagina menggunakan alat khusus yang disebut spekulum. Setelah itu, dokter akan mengoleskan asam asetat (asam cuka) dengan kadar 3–5% pada permukaan mulut rahim.
Jaringan serviks yang sehat tidak akan mengalami perubahan warna setelah dioleskan asam asetat. Namun, jika ada jaringan serviks yang abnormal, permukaan serviks akan muncul bercak putih setelah diolesi asam asetat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


