Iklan RBTV Dalam Berita

Kawin Tangkap Bikin Heboh, Cewek Ditangkap Lalu Mau Dikawini, Katanya Itu Tradisi Benarkah?

Kawin Tangkap Bikin Heboh, Cewek Ditangkap Lalu Mau Dikawini, Katanya Itu Tradisi Benarkah?

Kawin Tangkap Bikin Heboh, Cewek Ditangkap Lalu Mau Dikawini, Katanya Itu Tradisi Benarkah?--

BACA JUGA:Tradisi Unik, Setiap Tahun Masyarakat di Daerah Ini Berjalan Kaki hingga 100 Km untuk Bertemu Pejabat

 

Tradisi kawin tangkap biasanya dilakukan oleh masyarakat pedalaman Sumba, yaitu di Kodi dan Wawewa. Dalam tradisi lama masyarakat Sumba, kawin tangkap biasanya dilakukan oleh keluarga mempelai pria yang terhalang belis atau mahar tinggi dari pihak perempuan.

Tradisi kawin tangkap ini kerap menuai kritik lantaran dinilai sebagai bentuk pelanggaran HAM yang merugikan dan membuat kaum perempuan di Sumba menderita. Saat ini, pemerintah berupaya mengakhiri praktik kawin tangkap tersebut dan melindungi hak-hak perempuan.

Dalam tradisi ini, seorang perempuan diculik dan dipaksa menikah dengan alasan yang dilegalkan secara budaya. Padahal, perempuan itu belum tentu mau menikah dengan laki-laki yang 'menculiknya' tersebut.

Kawin tangkap juga bisa terjadi karena adanya halangan dari persyaratan adat lainnya, namun pihak laki-laki tetap memaksa untuk menikahinya.

Kawin tangkap merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat pedalaman Sumba, yaitu di Kodi dan Wawewa. Kawin tangkap dianggap sebagai tradisi dari nenek moyang mereka secara turun-temurun sampai hari ini.

Dalam tradisi lama masyarakat Sumba, kawin tangkap biasanya dilakukan oleh keluarga mempelai pria yang terhalang belis atau mahar tinggi dari pihak perempuan.

Kawin tangkap merupakan kategori perkawinan tanpa peminangan yang terjadi karena belum ada kesepakatan keluarga mengenai jumlah belis atau mas kawin.

Awal mula dalam tradisi ini, seorang perempuan sudah didandani. Calon mempelai pria juga sudah didandani dengan pakaian adat dan menunggangi seekor kuda.

Perempuan itu lantas ditangkap dan dibawa ke rumah keluarga pria. Tradisi ini termasuk unik, sebab menyangkut nama baik kedua keluarga, apalagi dengan latar keluarga berada.

Setelah ditangkap, pihak laki-laki akan membawa sebuah parang dan seekor kuda kepada pihak perempuan sebagai tanda permohonan maaf dan tanda bahwa perempuan sudah ada di rumah pihak laki-laki.

Seiring perkembangan zaman, praktik kawin tangkap yang dijalankan tidak sesuai dengan prosedur awal yang sesuai dengan tradisi.

Belakangan, tradisi ini melenceng dan merugikan perempuan secara pribadi. Kawin tangkap yang terjadi akhir-akhir ini seakan membuat perempuan merasa seperti diculik, disiksa, dilecehkan, bahkan merasa hina dan tak berharga.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kawin tangkap termasuk faktor ekonomi dalam hal terkait utang, faktor strata sosial, pendidikan dan kepercayaan. Perempuan dalam hal ini dijadikan tebusan bagi utang keluarga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: