Iklan dempo dalam berita

Sejarah Fatmawati Menjahit Bendera Merah Putih

Sejarah Fatmawati Menjahit Bendera Merah Putih

Ibu Fatmawati Soekarno menjahit bendera Pusaka merah putih pada Oktober 1944 (Sumber foto: Cik Olly Benkoelen) --Pemerhati Sejarah dan Budaya Bengkulu/ Cik Olly Benkoelen

BENGKULU, RBTV. COM - Provinsi BENGKULU kembali mengadakan event heroik menjahit bendera merah putih. Namun kali ini, event digelar sekaligus memperingati Hari Ibu ke-94, berbeda dengan tahun lalu event menjahit bendera merah putih digelar memperingati HUT Kemerdekaan RI. 

Pelaksanaannya pun tahun ini lebih istimewa, seperti keinginan Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah pada event heroik menjahit bendera merah putih pada Agustus 2021 lalu. 

Jika pada tahun lalu, event ini masih skala provinsi dan yang menjahit bendera merah putih adalah istri para Bupati dan Walikota, kali ini yang menjahit bendera merah putih adalah para Istri Gubernur dan Wakil Gubernur dari berbagai Provinsi di Indonesia.

Tentu bukan sekadar ceremony, namun dibalik kegiatan ini banyak makna yang tersirat. Tentu tentang nilai perjuangan dan pengorbanan Fatmawati, sang Ibu Negara Pertama yang menjahit bendera merah putih. 

Lalu bagaimana sejarah perjuangan Fatmawati menjahit bendera Pusaka Merah Putih? Berikut rbtv.disway.id rangkum dari berbagai sumber salah satunya Pemerhati Sejarah dan Budaya Bengkulu Cik Olly Benkoelen. 

Fatmawati Menjahit Bendera Pusaka Merah Putih

Bendera yang dikibarkan pertama kali saat Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 adalah bendera yang dijahit Fatmawati, perempuan kelahiran Bengkulu yang merupakan istri Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno. 

BACA JUGA:Bung Karno Guru Fatmawati yang Jadi Kekasih

Dikutip dari laman Kemendikbud, Fatmawati menjahit bendera pusaka merah putih usai dirinya kembali ke Jakarta bersama keluarga setelah pengasingan di Bengkulu

Gagasan Fatmawati untuk menjahit bendera ini mendahului ide Soekarno dan tokoh kemerdekaan lainnya. Kala itu, Fatmawati tidak sengaja mendengar teriakan bahwa bendera Indonesia belum ada saat Soekarno bersama tokoh lainnya sedang berkumpul menyiapkan peralatan untuk pembacaan naskah teks proklamasi.

Untuk mendapatkan bahan bendera tidak lah mudah pada masa itu. Dikutip dari Wikipedia, bendera yang dijahit Fatmawati berbahan katun Jepang (ada juga yang menyebutkan bahan bendera tersebut adalah kain wool dari London) yang diperoleh dari seorang Jepang yang pro dengan kemerdekaan Indonesia. Bahan ini memang pada saat itu digunakan khusus untuk membuat bendera-bendera negara di dunia (karena terkenal dengan keawetannya) yang berukuran 274 x 196 cm. 

Tanpa pikir panjang, segera Fatmawati mencoba untuk menjahit bendera Sang Saka Merah Putih. Walau hanya 'Merah dan Putih' tentu saja bukan perkara mudah. 

Fatmawati saat menjahit bendera itu sedang mengandung anak pertamanya yakni Guntur diusia kandungan 9 bulan. Kisah itu dituliskan dalam sebuah buku yang berjudul "Saksi Sejarah" karya Dr Soeharto, terbitan PT. Gunung Agung 1984.

Air mata Fatmawati pun menetes di atas bendera yang sedang dijahitnya. Fatmawati menangis, dengan kondisi fisik yang rentan, dua hari Fatmawati habiskan waktu untuk menjahit bendera itu dengan menggunakan mesin jahit Singer. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: