Iklan RBTV Dalam Berita

Ini Klarifikasi Soal Puluhan Siswi SMP di Bengkulu Utara Sayat Tangan Sendiri

Ini Klarifikasi Soal Puluhan Siswi SMP di Bengkulu Utara Sayat Tangan Sendiri

Ini Klarifikasi Soal Puluhan Siswi SMP di Bengkulu Utara Sayat Tangan Sendiri--

"Memang beberapa siswi ada masalah di keluarganya. Kedua karena ikut-ikutan teman untuk melakukan hal tersebut," papar Kasat Reskrim.

Kemudian faktor lain yakni pengaruh konten media sosial yang menjadi konsumsi para siswa. 

BACA JUGA:Jual Chip Higgs Domino, Wanita di Lebong Diringkus Polisi

Kasat juga mengatakan, bahwa apa yang dilakukan puluhan siswi ini tidak di dalam lingkungan sekolah, melainkan di luar sekolah.

"Ada yang di rumah, ada yang di luar saat anak bermain di luar," ujar Kasat.

BACA JUGA:Alasan Ekonomi, Rumah Pak Guru Jadi Sasaran. Selain Laptop, Tabung Gas juga Dicuri

Kemudian untuk benda tajam yang digunakan oleh para siswa ini, pihaknya menganulir adanya penggunaan benda tajam berupa silet. Melainkan yang digunakan yakni pecahan kaca atau beling, jarum pentul dan pisau cutter.

BACA JUGA:Pengumuman P3K Guru, 605 Peserta Lulus. Tidak Puas, Bisa Ajukan Keberatan

"Kemudian kalau dilihat dari goresannya itu sangat halus, bukan goresan yang besar. Mereka melakukannya juga tidak berbarengan. Dan banyak yang melakukannya itu sudah lama, bahkan ada yang sejak masih di sekolah dasar," jelas Kasat.

BACA JUGA:OPD Bengkulu Selatan Diminta Serahkan Bantuan untuk Kabupaten Lahat

Kemudian sebagai bentuk antisipasi, pihaknya berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan dan DPPPA, melakukan pendampingan dan penyuluhan kepada seluruh pelajar di SMPN 01 Bengkulu Utara.

Disamping itu Kepala Dinas Pendidikan Bengkulu Utara Fahrudin mengatakan, pihaknya akan lebih banyak melakukan penyuluhan. Fahrudin juga mengatakan, bahwa tanggung jawab pendidikan bukan hanya kepada guru, tetapi juga para orang tua saat anak berada di rumah.

"Pengawasan selain dari sekolah, juga dari para orang tua," sampai Fahrudin.

Sementara itu Kepala SMPN 01 Bengkulu Utara Sri Utami Dwi Wahyuni, 52 siswi saat ini sudah membuat perjanjian dan pernyataan di atas materai, untuk tidak lagi melakukan hal serupa.

"Perjanjian dengan pihak sekolah dan para wali muridnya," kata Sri Utami.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: