Dinas Kesehatan Ungkap Penyebab Utama HIV/AIDS di Yogyakarta yang Mencapai 1.941 Kasus
HIV/Aids di Yogyakarta capai 1.941 kasus--ist
Angka-angka ini sangat mencolok dan menunjukkan perlunya kesadaran lebih lanjut di kalangan masyarakat.
Dalam analisis lebih dalam, perilaku heteroseksual mendominasi dengan 939 kasus, diikuti oleh homoseksual (lelaki suka lelaki) dengan 456 kasus. Endang menambahkan selain heteroseksual, LSL memang menjadi pemicu cukup tinggi kasus HIV/AIDS selama tiga tahun terakhir.
BACA JUGA:Viral! Selebgram Sarnanitha Diduga Pemilik Flame Spa yang Terjerat Kasus Prostitusi
Faktor Penyebab HIV/AIDS di Yogyakarta
Perilaku heteroseksual yang menjadi faktor utama penyebab dan penyebaran HIV/AIDS di Yogyakarta menggambarkan tantangan besar yang harus dihadapi.
Dalam penjelasannya, Endang mencatat bahwa terdapat juga sejumlah kasus yang berasal dari pengguna jarum suntik, biseksual, penularan dari ibu ke anak, dan sejumlah kasus di mana penyebabnya tidak diketahui. "Untuk di Kota Yogyakarta, sebaran kasus HIV merata. Tidak ada yang paling tinggi atau paling rendah," tegasnya.
Tren kasus HIV/AIDS di kota ini mengalami fluktuasi setiap tahun, meskipun jumlah total terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk intervensi yang lebih efektif dan terarah dalam menangani penyebaran penyakit ini.
Upaya Dinas Kesehatan
Menanggapi peningkatan jumlah kasus, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta telah melakukan berbagai upaya untuk menekan penyebaran HIV/AIDS.
Salah satu langkah penting adalah dengan mengintensifkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, terutama kepada kelompok rentan seperti komunitas LSL, waria, dan ibu hamil. Kerja sama dengan dinas sosial dan berbagai LSM juga dilakukan untuk memperluas jangkauan penyuluhan.
Endang menjelaskan penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko dan cara pencegahan HIV/AIDS. Dengan pendekatan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami pentingnya penggunaan alat pelindung saat berhubungan seksual dan risiko yang terkait dengan perilaku berisiko.
BACA JUGA:Terobosan Gokil! Samsung Galaxy Ring Dapat Pantau Kesehatan dan Pola Tidur Penggunanya
Skrining dan Pengobatan
Selain penyuluhan, Dinas Kesehatan juga meningkatkan skrining melalui tes "Voluntary Counseling and Testing" (VCT) untuk mendeteksi apakah seseorang positif terinfeksi HIV.
"Skrining diutamakan pada populasi khusus karena mereka paling berisiko," ujarnya. Ini merupakan langkah penting untuk mendorong orang-orang yang mungkin terinfeksi untuk melakukan pemeriksaan dan mendapatkan perawatan yang tepat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: