Mengenal Sejarah Terompet Tahun Baru, Jadi Tradisi Perayaan Malam Pergantian Tahun
Sejarah Terompet Tahun Baru--
NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM - Sejarah terompet tahun baru, sudah menjadi tradisi saat perayaan malam pergantian tahun baru.
Pada malam pergantian menuju tahun baru, langit akan dihiasi oleh kembang api yang berkilauan, dan dari setiap sudut kota akan terdengar bunyi khas yang memekakkan telinga yakni terompet tahun baru.
BACA JUGA:Daftar Gaji dan Tunjangan Pensiunan PNS 1 Januari 2025, Lengkap Rincian per Golongan
Tradisi ini seolah menjadi simbol kegembiraan, membawa suara harapan, dan menandai awal yang baru bagi jutaan orang di seluruh dunia.
Terompet diketahui menjadi sebuah barang yang identik dengan perayaan malam tahun baru. Bahkan suara terompet selalu menggema di malam pergantian tahun. Namun, sebenarnya mengapa tahun baru identik dengan terompet?
Dilansir dari beberapa sumber, berikut adalah asal-usul terompet dan alasan mengapa alat musik ini selalu hadir di perayaan malam tahun baru.
BACA JUGA:Ini Batas Maksimal Beli Token Listrik Diskon 50 Persen, Berlaku Selama Dua Bulan
Mengapa Tahun Baru Identik dengan Terompet?
Tradisi meniup terompet pada perayaan malam tahun baru tidak hanya berlaku di Indonesia saja. Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat dari berbagai belahan dunia untuk menyambut malam pergantian tahun.
Suaranya yang keras dan meriah diketahui menjadi alasan mengapa terompet identik dengan tahun baru.
Seperti dijelaskan melalui laman Low End Theory Club, terompet menjadi bagian penting dari perayaan tahun baru di banyak kebudayaan.
Bahkan pada beberapa tradisi, bunyi pertama tahun baru adalah tiupan terompet. Terompet mempunyai sejarah panjang sebagai simbol kegembiraan dan perayaan.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa terompet yang selalu berkaitan dengan perayaan tahun baru telah ada sejak era abad pertengahan. Pada saat itu, banyak negara Eropa yang memiliki tradisi meniup terompet untuk mengumumkan awal tahun baru.
Cara ini pun dianggap sebagai perayaan yang meriah. Lalu tradisi tersebut dibawa ke Amerika Serikat oleh imigran Jerman pada abad ke-18.
BACA JUGA:Menilik Sejarah Seragam ASN, Identitas Kebanggaan yang Punya Makna Tersendiri
Hingga saat ini, terompet masih menjadi hal terpenting yang tak pernah dilewatkan oleh masyarakat di seluruh dunia untuk merayakan pergantian tahun baru.
Sejarah Kemunculan Terompet
Berdasarkan informasi yang dibagikan dari laman Vibe Music Academy, terompet telah hadir sejak zaman dahulu ketika manusia pertama kali menemukan suara resonansi.
Pada saat itu, suara yang dihasilkan berasal dari tiupan benda berongga seperti tanduk binatang maupun cangkang dari keong. Perkembangan terompet ke arah modern pertama kali terjadi di sekitar era tahun 1500 SM.
Diketahui para pengrajin mulai membuat terompet dengan desain mereka sendiri menggunakan kayu, logam, atau keramik. Meskipun saat ini terompet dikenal sebagai salah satu jenis alat musik, pada zaman dahulu fungsinya justru berbeda.
BACA JUGA:Resmi, BKN Perpanjang Pendafataran PPPK Gelombang 2 hingga 7 Januari 2025, Ini Jadwal Terbarunya!
Merujuk dari sumber yang sama, terompet dijadikan sebagai alat pemberi isyarat untuk tujuan sipil, agama, atau militer. Nada terompet yang tinggi dan jernih diketahui dapat terdengar hingga bermil-mil jaraknya.
Pada saat itu, terompet ditiupkan dengan melodi pendek yang akan terdengar hingga ke jarak jauh sebagai pemberi pesan maupun sinyal. Cara ini dilakukan hingga ribuan tahun.
Hingga akhirnya di sekitar akhir abad pertengahan, desain terompet mengalami perubahan. Bahkan fungsinya semakin berkembang menjadi alat musik yang dikenal saat ini.
Itulah mengenai penjelasan mengenai asal-usul terompet yang identik dengan perayaan tahun baru.
BACA JUGA:Masyarakat Harus Tahu, Siang Ini Pantai Panjang Diterapkan Satu Jalur
Hukum Merayakan Tahun Baru
Setelah menelaah berbagai literatur, dijumpai keterangan perihal kebolehan merayakan momentum tahun baru selama tidak diisi dengan kemaksiatan seperti tindakan huru-hara, balap liar, tawuran, pacaran dan lain sebagainya.
Hal tersebut selaras dengan pernyataan Guru Besar Al-Azhar Asy-Syarif serta Mufti Agung Mesir Syekh Athiyyah Shaqr (wafat 2006 M). Dalam kompilasi fatwa ulama Al-Azhar beliau menyatakan:
“Kaisar Rusia, Alexander III pernah mengutus seorang tukang emas ‘Karl Fabraj’ guna membuat topi baja untuk istrinya pada tahun 1884 M. Proses pembuatannya berlangsung selama 6 bulan. Topi itu ditempeli batu akik dan permata. Warna putihnya dari perak dan warna kuningnya dari emas.
Di setiap tahunnya ia menghadiahkan topi serupa kepada istrinya hingga kemudian istrinya ditumbangkan oleh pemberontakan kelompok komunisme pada tahun 1917 M.
Mulanya acara ini merupakan suatu perayaan ‘Sham Ennesim’ (Festival nasional Mesir yang menandai dimulainya musim semi) yang merupakan tradisi lokal Mesir lantas berubah menjadi tradisi keagamaan.
BACA JUGA:Pengumuman! Ada Perubahan Mekanisme Autentikasi Bagi Pensiunan PNS Taspen Per 1 Januari 2025
Lalu bagaimanakah hukum memperingati dan merayakannya bagi seorang muslim?
Tak diragukan lagi bahwa bersenang-senang dengan keindahan hidup yakni makan, minum dan membersihkan diri merupakan sesuatu yang diperbolehkan selama masih selaras dengan syariat, tidak mengandung unsur kemaksiatan, tidak merusak kehormatan, dan bukan berangkat dari akidah yang rusak.” [Wizarah Al-Auqof Al-Mishriyyah, Fatawa Al-Azhar, juz X, halaman 311).
Pendapat Ulama Lainnya
Senada dengan fatwa yang dirilis oleh Mufti Agung Mesir, ulama pakar hadis terkemuka asal Haramain, Syekh Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki (wafat 2004 M) dalam kitabnya menegaskan:
“Sudah menjadi tradisi bagi kita berkumpul untuk menghidupkan berbagai momentum bersejarah, seperti halnya maulid nabi, peringatan isra mi’raj, malam nishfu sya’ban, tahun baru hijriyah, nuzulul qur’an dan peringatan perang Badar.
Menurut pandanganku, peringatan-peringatan seperti ini merupakan bagian daripada tradisi, yang tidak terdapat korelasinya dengan agama, sehingga tidak bisa dikategorikan sebagai sesuatu yang disyariatkan ataupun disunahkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: