Bukan Sekadar Arak-arakan! Ini Sejarah Kebo Bule dalam Tradisi Malam Satu Suro
Tradisi kebo bule di malam 1 suro--
Berdasarkan sejarah, pada tahun 1742 saat terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Mataram, Pakubuwono II raja yang sah saat itu terpaksa mengungsi ke Tegalsari karena istana dikuasai oleh Amangkurat V.
BACA JUGA:Sejarah Malam Satu Suro yang Jadi Tradisi Sakral Penuh Makna dari Tanah Jawa
Katanya, di sana beliau mendapat perlindungan dari Kyai Muhammad Besari. Setelah berhasil merebut kembali tahta dan kembali ke Surakarta, Pakubuwono II memberikan status khusus kepada wilayah Tegalsari berupa tanah perdekan, yaitu bebas pajak, sebagai bentuk rasa terima kasih.
Kebo Bule ditempatkan di lingkungan Keraton Surakarta. Tidak hanya karena dianggap sebagai hewan keramat, tapi juga karena keunikan warna kulitnya yang putih kemerah-merahan. Bahkan, dalam cerita tutur, lokasi berdirinya Keraton Surakarta yang sekarang konon berdasarkan petunjuk dari Kebo Bule.
Katanya, zaman dahulu saat Pakubuwono II hendak membangun keraton baru setelah keraton lama rusak, lalu mereka melepaskan Kebo Bule untuk berjalan tanpa arah.
Kemudian mengikuti ke mana arah perjalanan kerbau itu, yang diikuti pula oleh para abdi dalem. Tempat di mana Kebo Bule berhenti akhirnya ditetapkan sebagai lokasi pembangunan Keraton Surakarta. Hingga kini, keraton tersebut masih berdiri megah, hanya sekitar 500 meter dari Balai Kota Solo.
BACA JUGA:Sakral Bagi Masyarakat Jawa, Malam Satu Suro Menurut Pandangan Islam dan Ustadz Adi Hidayat
Demikianlah informasi tentang sejarah Kebo Bule dalam tradisi malam satu suro.
(Tianzi Agustin)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


